Halaman

Share

Grab This

Jumat, 11 Januari 2013

Makalah Tinnitus



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Tinitus berasal dari bahasa latin yang artinya nada. Tinitus adalah persepsi suara yang bukan merupakan rangsangan dari luar. Suara yang terdengar begitu nyata dan serasa berasal dari dalam telinga atau kepala. Pada sebagian besar kasus, gangguan ini tidak begitu menjadi masalah, namun bila terjadinya makin sering dan berat maka akan menganggu juga.
Tinitus dapat bersifat subjektif dan objektif. Tetapi hampir sebagian besar kasus, tinnitus bersifat subjektif. Tinitus yang bersifat subjektif maksudnya hanya penderita yang dapat mendengarkan suara tinitusnya. Tinitus dapat berlangsung sementara atupun intermitten.
Tinitus bukanlah suatu diagnosis penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Tinitus mungkin dapat timbul dari penurunan fungsi pendengaran yang dikaitkan dengan usia dan proses degenerasi, trauma telinga ataupun akibat dari penyakit vaskular.
Tinitus cukup banyak didapati dalam praktek sehari-hari. Jutaan orang di duina menderita tinnitus dengan derajat ringan sampai berat. Dari hasi penelitian, didapatkan satu dari lima orang di antara usia 55 dan 65 tahun dilaporkan mengalami tinitus. Hal ini menandakan bahwa tinitus adalah keluhan yang sangat umum yang diterima di kalangan usia lanjut.
Bunyi yang diterima sangat bervariasi. Keluhan tinitus dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis atau berbagai macam bunyi lannya. Biasanya keluhan tinitus selalu disertai dengan gangguan pendengaran.
Penyebab tinitus sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti, sebagian besar kasus tidak diketahui penyebabnya. Penatalaksanaan tinitus bersifat empiris dan sampai saat ini masih menjadi perdebatan.
B.       Tujuan
1.         Untuk mengetahui konsep dasar Tinitus.
2.         Mengetahui pengertian, etiologi, pennyebab, diagnosis, pengobatan, patofisiologi, dll dari Tinitus.
3.         Mengetahui konsep dasar keperawatan Tinitus.
4.         Membuat Rencana Asuhan Keperawatan.


























BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A.      Anatomi Dan Fisiologi Telinga
Telinga  terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Sumber: http://www.utdol.com/online/content/images/pedi_pix/Normal_ear_anatomy.jpg
a.        Telinga luar
Telinga luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membrana timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit tipis.
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga luar dan tulang di dua pertiga dalam. Liang telinga memiliki panjang kira-kira 2,5 - 3 cm. Di dalam liang telinga terdapat banyakkelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga tengah.
sumber : http://medicastore.com/images/anatomi_telinga_luar.jpg
b.      Telinga tengah
Telinga tengah adalah ruangan yang berbentuk kubus. Isinya meliputi gendang telinga, 3 tulang pendengaran (malleus, incus, dan stapes). muara tuba Eustachii juga berada di telinga tengah.
Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke tulang berikutnya. Tulang stapes yang merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran ke koklea.
Telinga tengah dan saluran pendengaran akan terisi udara dalam keadaan normal. Tidak seperti pada bagian luar, udara pada telinga tengah tidak berhubungan dengan udara di luar tubuh. Saluran Eustachius menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring. Dalam keadaan biasa, hubungan saluran Eustachii dan telinga tengah tertutup dan terbuka pada saat mengunyah dan menguap.
c.       Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari labirin osea, yaitu sebuah rangkaian rongga pada tulang epelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.
Di depan labirin terdapat koklea. Penampang melintang koklea terdiri atas tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang stapes melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.
Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organ corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organ corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak dengan N.vestibulokoklearis.
Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat indera keseimbangan. Bagian ini secara struktural terletak di belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus serta tiga saluran setengah lingkaran atau kanalis semisirkularis. Kelima bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dan memiliki sel rambut yang akan dihubungkan dengan bagian keseimbangan dari N. vestibulokoklear
FISIOLOGI PENDENGARAN
Gelombang bunyi ditangkap oleh daun telinga dan diteruskan ke dalam liang telinga. Gelombang bunyi akan diteruskan ke telinga tengah dengan menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar, maleus, incus dan stapes, ke foramen oval.
Getaran Struktur koklea pada tingkap lonjong akan diteruskan ke cairan limfe yang ada di dalam skala vestibuli. Getaran cairan ini akan menggerakkan membrana Reissner dan menggetarkan endolimfa. Sehingga akan menimbulkan gerakan relatif antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion akan terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius. Lalu di lanjutkan ke nukleus auditoris sampai korteks pendengaran di area 39-40 lobus temporalis.
Sumber:http://cache-media.britannica.com/eb-media/99/14299-004-D2B5BCF9.gif



B.       Definisi Tinitus
Tinitus merupakan suara berdenging di satu atau kedua telinga. Tinitus dapat menyertai penimbunan kotoran telinga atau presbikusis. Overdosis aspirin atau obat lain dapat mencetuskan tinitus. Infeksi telinga tengah, penyakit meniere, atau otosklerosis (osifikasi ireguler hilangg telinga tengah) dapat juga menyebabkan tinitus.
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya. (dr. Antonius HW SpTHT dalam artikel Suara Keras Sebabkan Telinga Mendenging. Indopos Online).
Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa timbul terus menrus atau hilang timbul. (Putri Amalia dalam artikel Gangguan Pendengaran ”Tinnitus”.FK Universitas Islam Indonesia).
Pada dasarnya telinga berdengung (tinnitus) adalah gangguan pendengaran yang ditandai dengan keluhan perasaan mendengar bunyi di dalam telinga atau di dalam kepala yang tidak dihasilkan oleh sumber dari luar. Tinnitus berasal dari kata “tinnire” yang artinya “membunyikan”.
Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik. Keluhan suara yang di dengar sangat bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, mengaum, atau berbagai macam bunyi lainnya. Suara yang didengar dapat bersifat stabil atau berpulsasi.

C.      Etiologi
Penyebab terjadinya tinnitus sangat beragam, beberapa penyebabnya antara lain :
·         Kotoran yang ada di lubang telinga, yang apabila sudah di bersihkan rasa berdenging akan hilang.
·         Infeksi telinga tengah dan telinga dalam.
·         Gangguan darah.
·         Tekanan darah yang tinggi atau rendah, dimana hal tersebut merangsang saraf pendengaran.
·         Penyakit meniere’s Syndrome, dimana tekanan cairan dalam rumah siput meningkat, menyebabkan pendengaran menurun, vertigo, dan tinnitus.
·         Keracunan obat.
·         Penggunaan obat golongan aspirin ,dsb.
Tinitus pada pasien lanjut usia biasanya disebabkan oleh kerusakan pada saraf-saraf pendengaran/ Sedangkan pada pasien muda dapat disebabkan oleh seringnya mendengar suara keras , seperti music dengan volume suara yang memekakkan telinga.
Penyebab tinnitus yang paling sederhana adalah menempelnya kotoran telinga (serumen) di gendang telinga. Biasanya hal ini disebabkan karena kebiasaan mengorek kotoran telinga dengan cotton bud. Namun hasilnya kotoran keluar sangat sedikit sebaliknya sisa kotoran yang ada terdorong ke gendang telinga. Untuk mengatasi hal ini, disarankan untuk jangan mengorek telinga sendiri. Lebih baik datang kepada dokter di bidang THT secara rutin 6 bulan atau setahun sekali untuk membersihkan telinga.
Disamping itu tinnitus juga dapat merupakan gejala dari Penyakit Meniere’s yang memiliki trias gejala yaitu : Tinitus dengan nada rendah atau tinggi, tuli saraf serta vertigo yang berfluktuasi. Penyakit lain yang terkait dengan tinnitus adalah Otosklerosis , Infeksi dan peradangan pada telinga , tumor jinak pada saraf pendengaran, tumor Glomus Jugulare , keracunan obat, tuli saraf, kelainan pada tuba eustachius, hipertensi, anemia, gangguan endokrin, penyakit autoimun seperti penyakit Lupus eritematous, cedera kepala.
Tinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari telinga dalam. Terutama kerusakan dari koklea. Secara garis besar, penyebab tinitus dapat berupa kelainan yang bersifat somatik, kerusakan N. Vestibulokoklearis, kelainan vascular, tinitus karena obat-obatan, dan tinitus yang disebabkan oleh hal lainnya.
1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang
a. Trauma kepala dan Leher
Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin akan mengalami tinitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera leher adalah tinitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat berupa Fraktur tengkorak, Whisplash injury.
b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)
Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika berasal dari artritis sendi temporomandibular.4 Biasanya orang dengan artritis TMJ akan mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien artritis TMJ mengakui bunyi yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak diketahui secara pasti hubungan antara artritis TMJ dengan terjadinya tinitus.
2. Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis
Tinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang menghubungkan antara telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat pendengaran. Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan dari n. Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus pada n.VIII, tumor yang mengenai n.VIII, dan Microvascular compression syndrome (MCV). MCV dikenal juga dengan vestibular paroxysmal. MCV menyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya kompresi dari pembuluh darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi.
3. Tinitus karena kelainan vaskular
Tinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan didengar bunyi yang simetris dengan denyut nadi dan detak jantung. Kelainan vaskular yang dapat menyebabkan tinitus diantaranya:
a. Atherosklerosis
Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-bentuk deposit lemak lainnya, pembuluh darah mayor ke telinga tengah kehilangan sebagian elastisitasnya. Hal ini mengakibatkan aliran darah menjadi semakin sulit dan kadang-kadang mengalami turbulensi sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi iramanya.
b. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada pembuluh darah koklea terminal.
c. Malformasi kapiler
Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi arteri dan vena dapat menimbulkan tinitus.
d. Tumor pembuluh darah
Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga dapat menyebabkan tinitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor glomus jugulare dengan ciri khasnya yaitu tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa adanya gangguan pendengaran. Ini merupakan gejala yang penting pada tumor glomus jugulare.
4.      Tinitus karena kelainan metabolik
Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti keadaan hipertiroid dan anemia (keadaan dimana viskositas darah sangat rendah) dapat meningkatkan aliran darah dan terjadi turbulensi. Sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi irama, atau yang kita kenal dengan tinitus pulsatil. Kelainan metabolik lainnya yang bisa menyebabkan tinitus adalah defisiensi vitamin B12, begitu juga dengan kehamilan dan keadaan hiperlipidemia.
5.      Tinitus akibat kelainan neurologis
Yang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis. multiple sclerosis adalah proses inflamasi kronik dan demyelinisasi yang mempengaruhi system saraf pusat. Multiple sclerosis dapat menimbulkan berbagai macam gejala, di antaranya kelemahan otot, indra penglihatan yang terganggu, perubahan pada sensasi, kesulitan koordinasi dan bicara, depresi, gangguan kognitif, gangguan keseimbangan dan nyeri, dan pada telinga akan timbul gejala tinitus.
6.      Tinitus akibat kelainan psikogenik
Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus yang bersifat sementara. Tinitus akan hilang bila kelainan psikogeniknya hilang. Depresi, anxietas dan stress adalah keadaan psikogenik yang memungkinkan tinitus untuk muncul.
7.  Tinitus akibat obat-obatan
Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinitus umumnya adalah obat-obatan yang bersifat ototoksik. Diantaranya :
a.       Analgetik, seperti aspirin dan AINS lainnya.
b.      Antibiotik, seperti golongan aminoglikosid (mycin), kloramfenikol, tetrasiklin, minosiklin.
c.       Obat-obatan kemoterapi, seperti Belomisisn, Cisplatin, Mechlorethamine, methotrexate,vinkristin.
d.      Diuretik, seperti Bumatenide, Ethacrynic acid, Furosemide.
e.       lain-lain, seperti Kloroquin, quinine, Merkuri, Timah
8.    Tinitus akibat gangguan mekanik
Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus objektif, misalnya pada tuba eustachius yang terbuka sehingga ketika kita bernafas akan menggerakkan membran timpani dan menjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius serta otot-otot palatum juga akan menimbulkan tinitus.
9. Tinitus akibat gangguan konduksi
Gangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar (sekret dan oedem), serumen impaksi, efusi telinga tengah dan otosklerosis juga dapat menyebabkan tinitus. Biasanya suara tinitusnya bersifat suara dengan nada rendah.
10. Tinitus akibat sebab lainnya
a. Tuli akibat bising
Disebabkan terpajan oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Umumnya terjadi pada kedua telinga. Terutama bila intensitas bising melebihi 85db, dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran korti di telinga dalam. Yang sering mengalami kerusakan adalah alat korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000Hz sampai dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000Hz.
b. Presbikusis
Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris kanan dan kiri, presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz atau lebih. Umumnya merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga berhubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran berangsur dan kumulatif. Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat pada laki-laki disbanding perempuan.


d.    Sindrom Meniere
Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli sensorineural. Etiologi dari penyakit ini adalah karena adanya hidrops endolimf, yaitu penambahan volume endolimfa, karena gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada membrane labirin.
Diagram singkat yang menjelaskan mengenai etiologi tinitus

D.      Klasifikasi Tinitus
Tinitus terjadi akibat adanya kerusakan ataupun perubahan pada telinga luar, tengah, telinga dalam ataupun dari luar telinga. Berdasarkan letak dari sumber masalah, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus otik dan tinitus somatik. Jika kelainan terjadi pada telinga atau saraf auditoris, kita sebut tinitus otik, sedangkan kita sebut tinitus somatik jika kelainan terjadi di luar telinga dan saraf tetapi masih di dalam area kepala atau leher.
Menurut frekuensi getarannya, tinnitus terbagi menjadi dua macam, yaitu :
·         Tinnitus Frekuensi rendah (low tone) seperti bergemuruh
·         Tinnitus frekuensi tinggi (high tone)seperti berdenging
Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus objektif dan tinitus subjektif.
a.     Tinitus Objektif
Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya bersifat vibratorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga. Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular, sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinitus objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot telinga tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga dapat menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga tengah.
b.     Tinitus Subjektif
Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar oleh penderita saja. Jenis ini sering sekali terjadi.tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif dan perubahan degeneratif traktus auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai pusat pendengaran. Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai sensasi pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.
Berdasarkan kualitas suara yang didengar pasien ataupun pemeriksa, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus pulsatil dan tinitus nonpulsatil.
a.     Tinitus Pulsatil
Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan suara denyut jantung. Tinitus pulsatil jarang dimukan dalam praktek sehari-hari. Tinitus pulsatil dapat terjadi akibat adanya kelainan dari vaskular ataupun di luar vaskular. Kelaianan vaskular digambarkan dengan sebagai bising mendesis yang sinkron dengan denyut nadi atau denyut jantung. Sedangkan tinitus nonvaskular digambarkan sebagai bising klik, bising goresan atau suara pernapasan dalam telinga. Pada kedua tipe tinitus ini dapat kita ketahui dengan mendengarkannya menggunakan stetoskop.





E.       Patofisiologi
Gelombang suara ditransmisikan dari gendang telinga/ timpani melalui tulang pendengaran ke fenestra vestibuli (tingkap oval). Alat transmisi di telingah tengah berfungsi sebagai pengubah impedansi. Tanpa hal itu, 98% energi suara akan di refleksikan keluar karena perbedaan resistensi yang sangat nyata pada gelombang suara di udara dan di cairan telinga dalam. Invaginasi fenestra vestibuli secara bersamaan menyebabkan evaginasi fenestra koklea (tingkap bundar). Gendang telinga normalnya melindungi fenestra koklea dari gelombang suara dari luar dan menjalarkan energi suara terutama ke fenestra vestibuli.gelombang suara dapat juga ditransmisikan ke tulang tengkorak sehingga merangsang telinga dalam. Namun, proses ini membutuhkan energi suara yang lebih besar.
Getaran fenestra vestibuli menghasilkan gelombang yang berjalan di telinga dalam, yang mula-mula menjalar di sepanjang skala vestibuli. Stereosilia pada sel rambut dalam dan luar dibengkokkan oleh penonjolan keluar septum koklea dengan membran basilar dan organ Corti pada tempat yang tergantung frekuensi. Hal ini menyebabkan pembukaan kanal K+ di membran sel. Stereosilia sel rambut terendam di dalam endolimfe yang memiliki konsentrasi K+ yang sangat tinggi (sekitar 190mmol/L). K+ disekresi oleh sel epitel stria vaskularis, oleh kontraspor Na+-K+-2Cl-  dan Na+/K+-ATPase di membran yang menghadap lumen, dan oleh kanal K+ di lumen. Jika kanal K+ di membran sel rambut terbuka maka K+ akan masuk ke sel dan mendepolarisasinya. Depolarisasi ini kemudian memicu pelepasan trasnmitter, terutama di sel rambut dalam. Dengan berkontraksi, sel rambut luar akan meningkatkan gelombang setempat dan begitu juga dengan jumlah perangsangan sel rambut.
Robekan pada gendang telinga, lesi pada tulang pendengaran, atau imobilisasi alat konduksi, misalnya yang disebabkan oleh infeksi purulen di telinga tengah akan menghambat transmisi ke fenestra vestibuli. Selain itu, bila terdapat lubang di gendang telinga, fenestra koklea tidak akan lagi terlindungi. Hal ini menyebabkan tuli telinga tengah. Sementara konduksi melalui udara terganggu, konduksi tulang tetap normal.
Sel rambut dapat dirusak oleh tekanan suara (akibat terpapar oleh suara yang terlalu keras untuk jangka waktu yang terlalu lama) dan iskemia. Untunglah karena kandungan glikogen yang tinggi, sel rambut dapat bertahan terhadap iskemia untuk waktu singkat melalui glikolisis anaerob. Sel rambut dapat juga dirusak oleh obat tertentu, seperti antibiotikaminoglikosida dan agen kemoterapeutik sisplatin, yang melalui stria vaskularis akan terakumulasi di endolimfe. Hal ini menyebabkan tuli telinga dalam yang akan sama-sama mempengaruhi sistem konduksi udara dan tulang. Ambang pendengaran dan perpindahan komponen aktif membran basilar akan dipengaruhi sehingga kemampuan untuk membedakan berbagai nada frekuensi yang lebih tinggi terganggu. Akhirnya, depolarisasi sel rambut dalam yang tidak adekuat dapat menghasilkan sensasi suara yang tidak biasa sehingga dan mengaggu yang disebut tinnitus subyektif.
Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri. Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah seperti bergemuruh atau nada tinggi seperti berdenging. Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul.
Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinitus pulsatil).
Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis dan lain-lainnya. Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus jugulare.
Tinitus objektif sering ditimnbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas membran timpani bergerak dan terjadi tinitus.
Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot-otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif. Bila ada gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis (carotid body tumor), maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga.
Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomisin, dehidro-streptomisin, garamisin, digitalis, kanamisin, dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus menerus atupun hilang timbul. Pada hipertensi endolimfatik, seperti penyakit meniere dapat terjadi tinitus pada nada rendah atau tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai dengan vertigo dan tuli sensorineural.
Gangguan vaskuler koklea terminal yang terjadi pada pasien yang stres akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinitus dan gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah normal kembali.
Tinnitus biasanya di hubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi, yang biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika di sertai dengan inflamasi, bunyi dengung akan terasa berdenyut (tinnitus pulsasi) dan biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga, tumor, otitis media, dll.
Pada tuli sensorineural, biasanya timbul tinnitus subjektif nada tinggi (4000Hz). Terjadi dalam rongga telinga dalam ketika gelombang suara berenergi tinggi merambat melalui cairan telinga, merangsang dan membunuh sel-sel rambut pendengaran maka telinga tidak dapat berespon lagi terhadap frekuensi suara. Namun jika suara keras tersebut hanya merusak sel-sel rambut tadi maka akan terjadi tinnitus, yaitu dengungan keras pada telinga yang di alami oleh penerita.(penatalaksanaan penyakit dan kelainan THT edisi 2 thn 2000 hal 100). Susunan telinga kita terdiri atas liang telinga, gendang telinga, tulang-tulang pendengaran, dan rumah siput. Ketika terjadi bising dengan suara yang melebihi ambang batas, telinga dapat berdenging, suara berdenging itu akibat rambut getar yang ada di dalam rumah siput tidak bisa berhenti bergetar. Kemudian getaran itu di terima saraf pendengaran dan diteruskan ke otak yang merespon dengan timbulnya denging.
Kepekaan setiap orang terhadap bising berbeda-beda, tetapi hampir setiap orang akan mengalami ketulian jika telinganya mengalami bising dalam waktu yag cukup lama. Setiap bising yang berkekuatan 85dB bisa menyebabkan kerusakan. Oleh karena itu di Indonesia telah di tetapkan nilai ambang batas yangn di perbolehkan dalam bidang industri yaitu sebesar 89dB untuk jangka waktu maksimal 8 jam. Tetapi memang implementasinya belum merata. Makin tinggi paparan bising, makin berkurang paparan waktu yang aman bagi telinga.

F.       Tanda Dan Gejala
Keluhan tinitus dapat dirasakan unilateral dan bilateral. Serangan tinitus dapat bersifat periodik ataupun menetap. Kita sebut periodik jika serangan yang datang hilang timbul. Episode periodik lebih berbahaya dan mengganggu dibandingkan dengan yang berifat menetap. Hal ini disebabkan karena otak tidak terbiasa atau tidak dapat mensupresi bising ini. Tinitus pada beberapa orang dapat sangat mengganggu kegiatan sehari- harinya. Terkadang dapat menyebabkan timbulnya keinginan untuk bunuh diri.
Tinitus dapat dibagi atas tinnitus objektif dan tinnitus subjektif. Dikatakan tinnitus objektif jika suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dan dikatakan tinnitus subjektif jika tinnitus hanya dapat didengar oleh penderita.
Pendengaran yang terganggu biasanya di tandai dengan mudah marah, pusing, mual dan mudah lelah. Kemudian pada kasus tinnitus sendiri terdapat gejala berupa telinga berdenging yang dapat terus menerus terjadi atau bahkan hilang timbul. Denging tersebut dapat terjadi sebagai tinnitus bernada rendah atau tinggi. Sumber bunyi di ataranya berasal dari denyut nadi, otot-otot dala rongga tellinga yang berkontraksi, dan juga akibat gangguan saraf pendengaran.



G.      Diagnosis
Tinnitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk memberikan pengobatannya perlu di tegakkan diagnosa yang tepat sesuai dengan penyebab, dan biasanya memang cukup sulit untuk di ketahui.
Untuk memastikan diagnosis perlu di tanyakan riwayat terjadinya kebisingan, perlu pemerikasaan audio-metri nada murni (pure tone audiometry). Pada pemeriksaan nada murni gamabaran khas berupa takik (notch) pada frekuensi 4kHz. Anamnesis merupakan hal utama dan terpenting dalam menegakkan diagnosa tinnitus. Hal yang perlu di gali adalah seperti kualitas dan kauantitas tinnitus, apakah ada gejala lain yang menyertai, seperti vertigo, gangguan pendengaran, atau gejala neurologik. Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus secara rutin di lakukan, dan juga pemeriksaan penala, audiometri nada murni, audiometri tutur, dan bila perlu lakkukan ENG.
Untuk mendiagnosis pasien dengan tinitus, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang baik.
a.     Anamnesis
Anamnesis adalah hal yang sangat membantu dalam penegakan diagnosis tinitus. Dalam anamnesis banyak sekali hal yang perlu ditanyakan, diantaranya:
·         Kualitas dan kuantitas tinitus.
·         Lokasi, apakah terjadi di satu telinga ataupun di kedua telinga.
·         Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging, mendengung, menderu, ataupun mendesis dan bunyi lainnya.
·         Apakah bunyi yang di dengar semakin mengganggu di siang atau malam hari.
·         Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dan gangguan pendengaran serta gangguanneurologik lainnya.
·         Lama serangan tinitus berlangsung, bila berlangsung hanya dalam satu menit dan setelah itu hilang, maka ini bukan suatu keadaan yang patologik, tetapi jika tinitus berlangsung selama menit, serangan ini bias dianggap patologik.
·         Riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan obat-obatan dengan sifat ototoksik.
·         Kebiasaan sehari-hari terutama merokok dan meminum kopi.
·         Riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik.
·         Riwayat infeksi telinga dan operasi telinga.
Umur dan jenis kelamin juga dapat memberikan kejelasan dalam mendiagnosis pasien dengan tinitus. Tinitus karena kelainan vaskuler sering terjadi pada wanita muda, sedangkan pasien dengan myoklonus palatal sering terjadi pada usia muda yang dihubungkan dengan kelainan neurologi.
Pada tinitus subjektif unilateral perlu dicurigai adanya kemungkinan neuroma akustik atau trauma kepala, sedangkan bilateral kemungkinan intoksikasi obat, presbikusis, trauma bising dan penyakit sistemik. Jika pasien susah untuk mendeskripsikan apakah tinitus berasal dari telinga kanan atau telinga kiri, hanya mengatakan di tengah kepala, kemungkinan besar terjadi kelainan patologis di saraf pusat, misalnya serebrovaskuler, siringomelia dan sklerosis multipel.
Kelainan patologis pada putaran basal koklea, saraf pendengar perifer dan sentral pada umumnya bernada tinggi (mendenging). Tinitus yang bernada rendah seperti gemuruh ombak adalah ciri khas penyakit telinga koklear (hidrop endolimfatikus).
Pendengaran yang terganggu biasanya di tandai dengan mudah marah, pusing, mual dan mudah lelah. Kemudian pada kasus tinnitus sendiri terdapat gejala berupa telinga berdenging yang dapat terus menerus terjadi atau bahkan hilang timbul. Denging tersebut dapat terjadi sebagai tinnitus bernada rendah atau tinggi. Sumber bunyi di ataranya berasal dari denyut nadi, otot-otot dala rongga tellinga yang berkontraksi, dan juga akibat gangguan saraf pendengaran.
b.      Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik, diharapkan sesuai dengan diagram berikut :
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan tinitus dimulai dari pemeriksaan auskultasi dengan menggunakan stetoskop pada kedua telinga pasien. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah tinitus yang didengar pasien bersifat subjektif atau objektif. Jika suara tinitus juga dapat didengar oleh pemeriksa, artinya bersifat subjektif, maka harus ditentukan sifat dari suara tersebut. jika suara yang didengar serasi dengan pernapasan, maka kemungkinan besar tinitus terjadi karena tuba eustachius yang paten. Jika suara yang di dengar sesuai dengan denyut nadi dan detak jantung, maka kemungkinan besar tinitus timbul karena aneurisma, tumor vaskular, vascular malformation, dan venous hum. Jika suara yang di dengar bersifat kontinua, maka kemungkinan tinitus terjadi karena venous hum atau emisi akustik yang terganggu.
Pada tinitus subjektif, yang mana suara tinitus tidak dapat didengar oleh pemeriksa saat auskultasi, maka pemeriksa harus melakukan pemeriksaan audiometri. Hasilnya dapat beragam, di antaranya :
§   Normal, tinitus bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya.
§   Tuli konduktif, tinitus disebabkan karena serumen impak, otosklerosis ataupun otitis kronik.
§   Tuli sensorineural, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan BERA (Brainstem Evoked ResponseAudiometri). Hasil tes BERA, bisa normal ataupun abnormal. Jika normal, maka tinitus mungkin disebabkan karena terpajan bising, intoksikasi obat ototoksik, labirinitis, meniere, fistula perilimfe atau presbikusis. Jika hasil tes BERA abnormal, maka tinitus disebabkan karena neuroma akustik, tumor atau kompresi vaskular.
Jika tidak ada kesimpulan dari rentetan pemeriksaan fisik dan penunjang di atas, maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa CT scan ataupun MRI. Dengan pemeriksaan tersebut, pemeriksa dapat menilai ada tidaknya kelainan pada saraf pusat. Kelainannya dapat berupa multipel sklerosis, infark dan tumor.


H.      Pencegahan
Pencegahan terhadap tinnitus adalah sebagai berikut :
·      Hindari suara-suara yang bising, jangan terlalu sering mendengarkan suara bising (misalnya diskotik, konser musik, walkman, loudspeaker, telpon genggam).
·      Batasi pemakaian walkman, jangan mendengar dengan volume amat maksimal.
·      Gunakan pelindung telinga jika berada di tempat bising.
·      Makanlah makanan yang sehat dan rendah garam.
·      Minumlah vitamin yang berguna bagi saraf untuk melakukan perbaikan, seperti ginkogiloba, vit A dan E.
·      Ukur tekanan darah secara rutin.
·      Olahraga teratur.
·      Istirahat cukup.
·      Abaikan bunyi-bunyi yang timbul.
·      Hindari stres,
·      Dan lain-lain.

I.         Pengobatan
Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahui penyebab tinitus agar dapat diobati sesuai dengan penyebabnya. Misalnya serumen impaksi cukup hanya dengan ekstraksi serumen. Tetapi masalah yang sering di hadapi pemeriksa adalah penyebab tinitus yang terkadang sukar diketahui. Ada banyak pengobatan tinitus objektif tetapi tidak ada pengobatan yang efektif untuk tinitus Subjektif. Pada umumnya pengobatan gejala tinnitus dibagi dalam 4 cara, yaitu :
1.      Elektrofisiologik, yaitu memberi stimulus elektroakustik (rangsangan bunyi) dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinnitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinnitus masker.
2.     Psikologik, yaitu dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidakmembahayakan dan bisa disembuhkan, serta mengajarkan relaksasi dengan bunyi yang harus didengarnya setiap saat.
3.     Terapi medikametosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, transquilizer, antidepresan sedatif, neurotonik, vitamin dan mineral.
4.    Tindakan bedah, dilakukan pada tumor akustik neuroma. Namun, sedapat mungkin tindakan ini menjadi pilihan terakhir, apabila gangguan denging yang diderita benar-benar parah. Pasien juga di berikan obat penenang atau obat tidur, untuk membantu memenuhi kebutuhan istirahat, karena penderita tinnitus biasanya tidurnya sangat terganggu oleh tinnitus itu sendiri, sehingga perlu di tangani, juga perlu di jelaskan bahwa gangguat tersebut sulit di tanangi, sehingga pasien di anjurkan untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut, karena penggunaan obat penenang juga tidak terlalu baik dan hanya dapat di gunakan dalam waktu singkat.
 Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jastreboff, berdasar pada model neurofisiologinya adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik dan medikamentosa bila diperlukan. Metode ini disebut dengan Tinnitus Retraining Therapy. Tujuan dari terapi ini adalah memicu dan menjaga reaksi habituasi dan persepsi tinitus dan atau suara lingkungan yang mengganggu. Habituasi diperoleh sebagai hasil modifikasi hubungan system auditorik ke sistem limbik dan system saraf otonom. TRT walau tidak dapat menghilangkan tinitus dengan sempurna, tetapi dapat memberikan perbaikan yang bermakna berupa penurunan toleransi terhadap suara.
 TRT biasanya digunakan jika dengan medikasi tinitus tidak dapat dikurangi atau dihilangkan. TRT adalah suatu cara dimana pasien diberikan suara lain sehingga keluhan telinga berdenging tidak dirasakan lagi. Hal ini bisa dilakukan dengan mendengar suara radio FM yang sedang tidak siaran, terutama pada saat tidur. Bila tinitus disertai dengan gangguan pendengaran dapat diberikan alat bantu dengar yang disertai dengan masking.
TRT dimulai dengan anamnesis awal untuk mengidentifikasi masalah dan keluhan pasien. Menentukan pengaruh tinitus dan penurunan toleransi terhadap suara sekitarnya, mengevakuasi kondisi emosional pasien, mendapatkan informasi untuk memberikan konseling yang tepat dan membuat data dasar yang akan digunakan untuk evaluasi terapi.
Terapi edukasi juga dapat kita berikan ke pasien. Diantaranya :
§  Hindari suara keras yang dapat memperberat tinitus.
§  Kurangi makanan bergaram dan berlemak karena dapat meningkatkan tekanan darah yang merupakan salah satu penyebab tinitus.
§  Hindari faktor-faktor yang dapat merangsang tinitus seperti kafein dan nikotin.
§  Hindari obat-obatan yang bersifat ototoksik.
§  Tetap biasakan berolah raga, istarahat yang cukup dan hindari kelelahan.




















BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
a.        Aktivitas
Gangguan keseimbangan tubuh dan mudah lelah.
b.      Sirkulasi
Hipotensi , hipertensi, pucat (menandakan adanya stres)
c.        Nutrisi
Mual
d.      Sistem pendengaran
Adanya suara abnormal(dengung)
e.        Pola istirahat
Gangguan tidur/ Kesulitan tidur
B.     Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1.                  Cemas b/d kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran.
2.                   Gangguan istirahat dan tidur b/d gangguan pendengaran.
3.                   Resiko kerusakan interaksi sosial b/d hambatan komunikasi.
C.    Intervensi
1. Cemas b/d kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran (tinnitus)
   - Tujuan / Kriteria Hasil:
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien terhadap penyakit meningkat.
-  Intervensi :
·         Kaji tingkat kecemasan / rasa takut.
·         Kaji tingkat pengetahuan klien tentang gangguan yang di alaminya. Berikan penyuluhan tentang tinnitus.
·         Yakinkan klien bahwa penyakitnya dapat di sembuhkan.
·         Anjurkan klien untuk rileks, dan menghindari stress.
2.      Gangguan istirahat dan tidur b/d gangguan pendengaran.
                        - Tujuan / Kriteria Hasil :
Gangguan tidur dapat teratasi atau teradaptasi.
-  Intervensi :
a.       Kaji tingkat kesulitan tidur.
b.      Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/ obat tidur.
c.       Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut.
3.Resiko kerusakan interaksi sosial b/d hambatan komunikasi.
-   Tujuan / Kriteria Hasil :
Resiko kerusakan interaksi sosial dapat di minimalkan.
-       Intervensi :
o  Kaji kesulitan mendengar.
o  Kaji seberapa parah gangguan pendengaran yang di alami klien.
o  Jika mungkin bantu klien memahami komunikasi nonverbal.
o  Anjurkan klien menggunakan alat bantu dengar setiap di perlukan jika tersedia.














BAB IV
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Tinitus adalah persepsi suara yang bukan merupakan rangsangan dari luar. Suara yang terdengar begitu nyata dan serasa berasal dari dalam telinga atau kepala. Pada sebagian besar kasus, gangguan ini tidak begitu menjadi masalah, namun bila terjadinya makin sering dan berat maka akan menganggu juga.
Hingga sekarang, penyebab dari tinitus masih banyak dibicarakan. Tetapi banyak sekali pendapat mengenai etiologi tinitus diantaranya:
1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang, seperti trauma kepala dan Leher dan artritis pada sendi temporomandibular (TMJ).
2. Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis.
3.Tinitus karena kelainan vaskular, seperti atherosclerosis, hipertensi, malformasi kapiler dan tumor pembuluh darah.
4. Tinitus karena kelainan metabolik.
5. Tinitus akibat kelainan neurologis.
6. Tinitus akibat kelainan psikogenik.
 7. Tinitus akibat obat-obatan, seperti obat golongan analgetik, antibiotik, obat-obatan kemoterapi dan duretik.
 8. Tinitus akibat gangguan mekanik.
9. Tinitus akibat gangguan konduksi, seperti saat infeksi telinga.
10. Tinitus akibat sebab lainnya seperti tuli akibat bising, presbikusis, dan penyakit meniere.
Dalam mendiagnosis tinitus diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang efektif dan lengkap. Dengan melakukan anamnesis yang efektif, maka diharapkan dapat mengetahui garis besar etiologi dari tinitus yang dialami pasien. Karena penatalaksanaan yang baik dari tinitus akan dapat berlangsung jika etiologinya dapat diketahui dengan baik.
Secara garis besar, penatalaksanaan tinitus terdiri dari : 
   1. Elektrofisiologik.
2. Psikologik.
3. Terapi medikamentosa.
4. Tindakan bedah.
Terapi yang tak kalah pentingnya adalah terapi edukasi. Edukasi yang diberikan mencakup masalah diet, olah raga, menghindarkan obat-obatan ototoksik, dan lainnya. Dengan begitu, diharapkan tinitus pada pasien dapat berkurang bahkan menghilang.
.  
B.       Saran
Berikut ini adalah beberapa tips untuk menghindari timbulnya tinnitus ataupun mengurangi gejala tinnitus. Semoga berguna bagi anda!
·          Hindari suara keras & suasana berisik.
·          Ukur tekanan darah secara rutin.
·         Kurangi asupan garam.
·         Hindari hal-hal yang menstimulasi tinitus.
·         Hindari obat-obat yang menimbulkan tinitus.
·         Olahraga teratur.
·         Istirahat cukup.
·         Abaikan bunyi-bunyi yang timbul.
·         Hindari stres.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar