BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Bercermin
pada abad ke-20, mudah bagi kita untuk menyebutkan kemajuan besar yang terjadi
dalam bidang kesehatan dan harapan hidup dari begitu banyak manusia didunia.
Angka kematian bayi menurun tajam, banyak penyakit infeksius yang telah
terkendalikan, dan tersedia program KB yang lebih baik. Namun, masih banyak
ruang untuk diperbaiki ! Gaya hidup sehat perorangan menyebabkan meningkatkan
kasus kesakitan dan kematian sampai ketingkat sampai ketingkat yang tidak dapat
diterima akibat penyakit noninfeksius seperti kanker dan penyakit jantung. Selain
itu, penyakit infeksius yang baru dan yang bangkit kembali telah menipiskan
sumber-sumber yang tersedia untuk pengendaliannya. Dengan begitu, pencapaian
kesehatan yang baik tetap menjadi tujuan seluruh dunia di abad ke-21.
Pemerintah, lembaga swasta, dan individu diseluruh dunia berupaya untuk
meningkatkan kesehatan. Walaupun upaya individual untuk meningkatkan kesehatan pasti memberikan
konstribusi terhadap kesehatan semua komunitas, upaya komunitas yang
terorganisasi terkadang perlu jika masalh kesehatan yang ada telah menghabiskan
sumber yang dimiliki induvidu. Jika upaya semacam itu tidak dilakukan, kesehatan seluruh
komunitas dalam bahaya.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana sejarah singkat
kesehatan komunitas dan kesehatan masyarakat.?
2.
Bagaimana
sejarah perkembangan kesehatan masyarakat.?
3.
Bagaimana perkembahangan kesehatan masyarakat di
indonesia.?
C.
TUJUAN
Tujuan dari penulisan
ini adalah untuk mengetahui sejarah perkembangan pusat pelayanan kesehatan
masyarakat. Serta perkembangan kesehatan mayarakat di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Kata
kesehatan berbeda bagi orang yang
berbeda. Begitu pula, ada kata lain yang dapat didefinisikan dalam berbagai cara.
Kata
health berasal dari hal, yang berarti “hale, sound, whole” (kuat, baik, utuh). Berkaitan dengan kesehatan
manusia, kata health (kesehatan)
telah didefinisikan dengan sejumlah cara- seringkali dalam konteks sosialnya,
saat orangtua menjelaskan kesehatan seorang anak atau saat seorang penggemar
fanatic menggambarkan kesehatan seorang atlet professional. Sampai awal era
promosi kesehatan, pada pertengahan tahun1970-an, definisi yang paling luas
diterima adalah definisi kesehatan yang dipublikasikan WHO ditahun 1974.
Definisi tersebut menyatakan “kesehatan adalah kondisi sehat yang fisik, mental”.
Namun, sekarang ini, kata tersebut megambil pendekatan yang lebih holistic;
Hahn dan payne menjelaskan kesehatan dalam bentuk enam dimensi yang interaktif
dan dimensi-dimensi fisik, emasional, social, intelektual, spiritual, dan
dimensi okuposional. Dengan begitu, kesehatan
sebagai keadaan atau kondisi dinamis yang sifatnya multidimensional dan
merupakan hasil adaptasi seseorang terhadap lingkungannya. Kesehatan merupakan
sumber untuk kehidupan dan ada dalam berbagai tingkatan. “banyak orang yang
menikmati suatu kondisi sehat walau orang lain mungkin memandang kondisi
tersebut sebagai kondisi yang tidak sehat.”
Kesehatan
masyarakat mengacu pada status kesehatan sebuah kelompok orang tertentu dan
tindakan serta kondisi pemerintah untuk meningkatkan, melindungi, dan
mempertahankan kesehatan mereka.
B.
SEJARAH
SINGKAT KESEHATAN KOMUNITAS DAN KESEHATAN MASYARAKAT
Sejarah
kesehatan komunitas dan kesehatan masyarakat hampir sepanjang sejarah peradaban.
Sejarah singkat ini menyajikan sejumlah prestasi dan kegagalan didalam
kesehatan komunitas dan kesehatan masyarakat.
1.
Peradaban
awal
Secara
umum, tidak ada cacatan mengenai praktik kesehatan komunitas yang paling awal.
Mungkin praktek tersebut berupa pantangan untuk berdefekasi di dalam wilayah pemukiman
suku atau didekat sumber air minum. Mungkin juga berupa ritual yang berkaitan
dengan pemakaman orang yang meninggal. Tentu saja, penggunaan ramuan untuk
pencegahan dan pegobatan penyakit dan bantuan masyarakat saat persalinan bayi
merupakan praktik yang sudah ada mendahului keberadaan catatan arkeologi.
a.
Masyarakat kuno
(sebelum 500 SM)
Penggalian
di lokasi bebrapa peradaban awal yang terkenal telah mengungkapkan bukti adanya
aktivitas kesehatan komunitas. Temuan
arkeologi dari lembah Indus di india utara, bertanggal sekitar 2000 SM,
memberikan adanya kamar mandi dan system drainase didalam rumah dan saluran
pembuangan air yang terletak lebih rendah dari permukaan jalan. System drainase
juga ditemukan diantara reruntahan kerajaan mesir kuno pertengan (2700-2000
SM). Orang-orang myceneans, yang
tinggal di Crete pada 1600 SM telah
memiliki toilet, system penggelontoran, dan saluran pembuangan air. Resep obat
tertulis untuk obat-obatan berhasil ditafsirkan dari lempeng tanah liah
(prasasti) orang Sumerian yang
bertanggal sekitar 2100 SM. Sampai sekitar 1500 SM sudah lebih dari 700 obat
yang dikenal orang mesir.
Mugkin
tulisan yang paling awal yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat adalah
Hukum Hammurabi (Code of Hammurabi),
raja terkenal dari babilonia, yang hidup 3900 tahun yang lalu. Hukum Hammurabi
juga memuat undang-undang yang berkaitan dengan praktik dokter dan kesehatan. Bible’s Book of Leviticus, yang ditulis sekitas 1500 SM,
memberikan petunjuk mengenai kebersihan personal, sanitasi perkemahan, disinfeksi
sumur, isolasi penderita lepra, pembuangan sampah, dan hygiene maternitas.
b.
Budaya
klasik (500 SM-500 M)
Selama
abad ke 13 dan ke 12 SM, orang Yunani mulai bepergian ke Mesir dan terus
melakukannya sampai beberapa abad selanjutnya. Ilmu pengetahuan dari orang
Babilonia, Mesir, Yahudi dan suku
lainnya di Mediterania Timur tercakup didalam filosofi kesehatan dan kedoteran
Yunani. Selama “zaman keemasan” Yunani kuno (di abad ke 5 dan ke 6 SM), para
pria berpartisipasi dalam permainan adu kekuatan dan keahlian dan berenang di
fasilitas umum. Sangat sedikit bukti bahwa penekanan pada kebugaran ini dan
pada keberhasilan dalam pertandingan atletik dibebankan secara merata pada
semua anggota masyarakat. Partisipasi dalam aktivitas itu tidak didukung dan
bahkan dilarang untuk wanita, kaum miskin, atau budak.
Orang-orang
Yunani juga aktif menjalankan sanitasi komunikasi. Mereka memasok sumur-sumur
kota setempat dengan air yang diambil dari pegunungan yang berjarak sejauh 10
mil. Setidaknya dalam satu kota, air yang berasal dari sumber yang jauh
disimpan dalam reservoir dengan ketinggian 370 kaki diatas permukaan laut.
Orang-orang
romawi mengembangkan teknologi yunani itu dan membangun saluran air yang dapat
mengalirkan sampai bermil-mil jauhnya. Bukti sekitar 200 saluran air di Romawi
masih ada sampai sekarang, di Spanyol ke Syiria dan dari Eropa Utara sampai
Afrika utara. Orang Romawi juga membangun saluran air dan merintis aktivitas
kesehatan komunitas yang lain, diantaranya pengaturan pembangunan gedung,
pembuangan sampah, dan pembersihan jalan dan perbaikkannya.
Kekaisaran
Romawi memang gudang ide pengobatan Yunanai, tetapi dengan sedikit
pengecualian, Romawi tidak berbuat banyak terhadap kemajuan pemikiran dibidang Kedokteran.
Namun, ada satu konstribusi penting yang mereka berikan untuk bidang kedokteran
dan layanan kesehatan-rumah sakit.walau rumah sakit pertama hanya merupakan
penampungan budak yang sakit, sebelum era Romawi, umat kristiani telah
membangun rumah sakit umum sebagai organisasi amal. Saat kekaisaran Romawi
runtuh pada tahun 476 M, kebanyakan aktivitas kesehatan masyarakat menghilang.
2.
Abad
Pertengahan (500-1500 M)
Periode
dari akhir Kekaisaran Romawi di wilayah Barat sampai tahun 1500 M dikenal
sebagai Abad Pertengahan.
Pendekatan
terhadap kesehatan dan penyakit pada zaman ini sangat berbeda dengan pendekatan
di zaman Kekaisaran Romawi. Selama masa itu semakin berkembang paham
materialism Romawi dan kesadaran Spiritual. Masalah kesehatan dipandang
memiliki penyebab spiritual dan solusi spiritual. Pandangan ini memang benar
pada awal abad pertengahan, selama periode yang dikenal sebagai “zaman kegelapan” (500-1000 M). baik
kepercayaan ritual maupun umat kristiani menyalahkan kekuatan supranatural
sebagai penyebab penyakit. Ajaran St. Augustine misalnya, menyatakan penyakit
disebabkan oleh setan yang dikirim untuk menyiksa jiwa manusia, dan kebanyakan
umat kristiani percaya bahwa penyakit merupakan hukuman atas dosa mereka.
Tidak
diperhitungkan peran lingkungan fisik dan biologis kedalam hubungan
sebab-akibat penyakit menular menyebabkan epidemic yang ganas dan tidak
terkendali selama era spiritual kesehatan
masyarakat ini. Epidemic ini menyebabkan penderitaan dan kematian jutaan
orang. Salah satu awal epidemic yang berhasil dicatat adalah epidemic penyakit
lepra. Sampai tahun 1200 M, memperkirakan terdapat sekitar 19.000 tempat
penampungan penderita lepra dan leprasaria
di eropa.
Penyakit
epidemi yang paling mematikan pada periode itu adalah pes. Sulit bagi kita,
yang hidup diawal abad ke-21, untuk membayangkan dampak epidemic pes yang
terjadi di Eropa. Tiga epidemic besar penyakit pes : yang pertama dimulai tahun
pada tahun 543 M, kedua 1348 M, dan terakhir tahun 1664. Epidemic terburuk
terjadi pada abad ke-14, saat penyakit itu dijuluki sebagai “black death”. Di Eropa saja, sekitar 25
juta orang menjadi korbannya. Jumlah ini melebihi jumlah penduduk yang tinggal
dinegara bagian Ohio dan Pensylvania sekarang. Separuh populasi di London
meninggal dan dibeberapa wilayah Perancis hanya 1 dari 10 orang yang selamat.
Selama
abad pertengahan inijuga terjadi epidemic penyakit yang lain, diantaranya,
cacar, difteri, campak, influenza, tuberculosis, antraks dan trakoma. Banyak
penyakit lain, yang saat ini belum terdeteksi, mengambil giliran. Penyakit
epidemic terakhir selama periode itu adalah sifilis, yang muncul pada tahun
1492. Penyakit ini, seperti halnya penyakit epidemic yang lain, juga membunuh
ribuan orang.
3.
Zaman
Renaissance dan Penjelajahan
Periode
Renaissance merupakan periode yang ditandai dengan lahirnya kembali pemikiran
tentang karakteristik alam dan kemanusiaan. Perdagangan antarkota dan
antarnegara sudah berkembang dan terjadi pertambahan penduduk dikota-kota
besar. Periode ini juga ditandai dengan adanya penjelajahan dan penemuan.
Perjalanan Columbus, Magellan, dan penjelajah lainnya pada akhirnya mengarah
pada peride kolonialisme (penjajahan). Dampak Renaissance terhadap kesehatan
komunitas sangat besar. Pengkajian yang lebih cermat terhadap kejadian Luar
Biasa (KLB) penyakit yang terjadi selama periode itu mengungkap bahwa penyakit
semacam pes selain membunuh orang suci juga membunuh pendosa. Selain itu,
keyakinan bahwa penyakit disebabkan oleh factor-faktor lingkungan, bukan factor
spiritual, semakin berkembang. Contoh, istilah malaria (yang berarti udara kotor) merupakan sebutan khas untuk
udara yang lembab dan basah, yang kerap menjadi sarang nyamuk yang menularkan
malaria
Observasi
yang lebih kritis terhadap penyakit menghasilkan penjelasan yang lebih akurat
mengenai gejala dan akibat suatu penyakit. Observasi ini mengarah kepada
pengenalan awal penyakit batuk rejan, tifus, scarlet fever, dan malaria, sebagai penyakit yang khas dan berbeda.
Epidemic
penyakit cacar, malaria, dan pes masi menjamur di Inggris dan seluruh Eropa.
Pada tahun 1665, epidemic pes menelan korban 68.596 jiwa di London, yang pada
saat itu berpenduduk 460.000 jiwa (15 % dari populasi menjadi korban).
Penjelajah, penjajah, dan pedagang serta awak mereka menyebarkan penyakit
kedaerah jajahan dan penduduk setempat diseluruh Dunia Baru. Cacar, campak, dan
penyakit lainnya membinasakan penduduk asli yang tidak terlindungi
4.
Adab
Kedelapan Belas
Abad
ke-18 ditandai dengan perkembangan industry. Walau mulai mengenal sifat suatu
penyakit, kondisi kehidupan saat itu sangat tidak kondusif untuk kesehatan.
Kota-kota sangat padat dan sumber air tidak memadai dan kerap tidak sehat.
Jalan-jalan biasanya tidak dipadatkan, sangat kotor, dan penuh dengan sampah.
Banyak rumah yang berlantai kotor dan tidak sehat.
Tempat
kerja tidak aman dan tidak sehat. Sebagian besar pekerja adalah kaum miskin,
termasuk anak-anak, yang dipaksa bekerja dengan jam kerja yang panjang sebagai
pembantu yang terikat kontrak. Banyak dari pekerjaan itu yang tidak aman atau
harus dilakukan dilingkungan yang tidak sehat, misalnya pabrik tekstil dan
pertambangan batubara.
Salah
satu kemajuan di bidang kedokteran, terjadi di akhir abad ke-18, layak
disebutkan karena maknanya bagi kesehatan masyarakat. Pada tahun 1796, Dr.
Edward Jenner berhasil memperagakan proses vaksinasi sebagai perlindungan
terhadap penyakit cacar. Ia melakukannya dengan menginokulasi seorang anak
laki-laki dengan materi yang berasal dari nanah penyakit cowpox (Vaccinia). Saat
kemudian dipajankan dengan materi dari nanah penyakit (variola), anak laki-laki itu tetap sehat.
Temuan
Dr. Jenner tetap menjadi salah satu temuan terbesar sepanjang zaman baik bagi
dunia kedokteran maupun kesehatan masyarakat. Sebelum temuan itu, jutaan orang
meninggal atau bahkan menjadi “bopengan” akibat cacar. Satu-satunya metode
pencegahan yang dikenal adalah “variolasi”, suatu bentuk inokulasi dengan
menggunakan materi cacar itu sendiri. Prosedur ini sangat berbahaya karena
orang yang mejalaninya terkadang justru terkena cacar. Walau begitu, selama
revolusi amerika, Jendral George Washington memerintahkan pasukan koloni
amerika untuk menjalani “variolasi”. Perintah ini dikeluarkannya untuk
memastikan bahwa epidemic cacar yang menyerang tidak akan memusnakan
pasukannya. Yang cukup menarik rata-rata usia kematian seseorang yang tinggal
diamerika serikat selama waktu tersebut adalah 29 tahun.
Diakhir
abad ke-18, kaum muda AS berbagai masalah penyakit, termasuk berlanjutan KLB
cacar, kolera, demam typoid dan yellow
fever. KLB yellow fever biasanya menyerang kota-kota pelabuhan,
seperti Charleston, Baltomore, New Work, dan New Orleans, tempat
merapatnyakapal dari wilayah tropis Amerika. Epidemic terbesar penyakit yellow fever di Amerika terjadi
diphiladelpia tahun 1793., dengan perkiraan sekitar 23.000 kasus, termasuk
4.044 korban meninggal dalam populasi yang diperkirakan hanya berjumlah 37.000
jiwa.
Untuk
mengatasi epidemic yang berlanjut itu dan banyak masalah kesehatan lainnya,
misalnya kebersihan dan perlindungan terhadap persediaan air, dibentuk beberapa
lembaga kesehatan pemerintah. Pada tahun 1798, Marine Hospital Service
(selanjutnya menjadi U.S Public Health Service) dibentuk untuk mengatasi
penyakit yang menyerang diatas sarana angkutan air. Sampai tahun 1799, beberapa
kota besar di Amerika, termasuk Boston, Philadelpia, New York, dan Baltimore
juga membentuk dewan kesehatan kota.
5.
Abad
Kesembilan Belas
Selama
paruh pertama abad ke-19, terjadi beberapa kemajuan luar biasa dibidang
kesehatan masyarakat. Kondisi kesehatan kehidupan di Eropa dan Inggris tetap
tidak saniter dan industrialisasi menyebabkan semakin banyak penduduk berada di
kota. Namun, metode pertanian yang lebih baik menyebabkan perbaikan gizi bagi
banyak orang.
Selama
periode ini, Amerika menikmati ekspansinya kearah barat, yang ditandai dengan
semangat pioneer, kecukupan diri, dan individualism yang kuat. Pendekatan
pemerintah federal pada masalah kesehatan dicirikan dengan istilah Perancis Laissez faire, yang berarti tanpa campur
tangan. Selain itu, ada beberapa peraturan kesehatan atau lembaga kesehatan didaerah
pedesaan. Praktik pertabiban tumbuh subur, periode ini merupakan masa yang
sangat tepat untuk anjuran “pembeli waspada”.
Epidemic masih berlanjut dikota-kota besar
Eropa dan Amerika. Tahun 1849, epidemic kolera menyerang London. Dr. john Snow
mempelajari epidemic ini dan mengajukan hipotesis bahwa penyakit ini disebabkan
oleh konsumsi air dari pompa Broad Street.
Dia memperoleh izin untuk melepas pegangan pompa, dan epidemic pun selesai.
Tindakan snow sangat luar biasa karena berlangsung sebelum penemuan bahwa
mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit. Teori yang dominan saat itu tentang
penyakit menular adalah “teori miasmas
”. Menurut teori ini, uap atau bau tak sedap (miasmas) yang keluar dari tanah merupakan sumber dari banyak
penyakit. Teori miasmas tetap
terkenal hampir disepanjang abad ke-19.
Di
Amerika pada tahun 1850, Lemuel Shattuck menyusun laporan kesehatan untuk
Persemakmuran Massachusetts yang menggarisbawahi perlunya kesehatan masyarakat
untuk negara bagian ini. Termasuk di dalamnya rekomendasi untuk pembentukan
dewan kesehatan, pengumpulan data statistic vital, penerapan tindakan yang
saniter, dan penelitian penyakit. Shattuck juga merekomindasikan pendidikan kesehatan dan pengendalian pajanan
terhadap alkohol, asap rokok, makanan tidak bermutu, dan ramuan tabib. Walau
beberapa rekomendasinya perlu waktu bertahun-tahun untuk dapat diterapkan
(Massachusetts Board of Health belum terbentuk sampai tahun 1869), hal yang
signifikan dari laporan Shattuck begitu sedemikian rupa sehingga tahun 1850
menjadi masa kunci di dalam kesehatan masyarakat Amerika; tahun itu menandai
dimulainya era modern kesehatan
masyarakat.
Kemajuan
nyata di dalam pemahaman mengenai penyebab berbagai penyakit menular
berlangsung pada seperempat abad terakhir abad ke-19. Salah satu kendala pada
kemajuan itu adalah teori perkembangbiakan spontan, pemikiran yang menyatakan
organisme hidup dapat berkembang dari benda anorganik atau benda takhidup.
Serupa dengan teori adalah pemikiran bahwa satu jenis mikroba dapat berubah
menjadi jenis organism yang lain.
Di
Tahun 1862, Louis Pasteur dari Perancis mengajukan teori kuman penyakit. Selama
tahun 1860-an dan 1870-an, dia dan beberapa lainnya melakukan eksperimen dan observasi
yang mendukung teorinya dan menumbangkan teori spontanitas. Pasteur bener-bener
sangat berjasa karena berhasil menumbangkan teori perkembangbiakan spontan.
Ilmuan
Jerman Robert Koch merupakan orang yang mengembangkan kriteria dan
prosedur-prosedur penting untuk membuktikan pendapat bahwa mikroba tertentu,
dan bukan mikroba lain, yang menyebabkan penyakit tertentu. Demonstrasi
pertamanya dengan basilus antraks berlangsung pada tahun 1876. Antara tahun
1877 sampai akhir abad ke-19, identitas sejumlah agens penyakit bakteri
berhasil dipastikan, termasuk di antaranya penyebab gonorrhea, tifus, lepra,
tuberculosis, kolera, difteri, tetanus, pneumonia, pes, dan disentri. Periode
ini (1875-1900) lebih dikenal dengan julukan periode bakteriologis kesehatan masyarakat.
Walaupun
kebanyakan temuan ilmiah di akhir abad ke-19 terjadi di Eropa, cukup banyak
prestasi kesehatan masyarakat yang terjadi di Amerika. Undang-undang pertama
yang melarang susu bermutu rendah (adulteracion) disahkan pada tahun
1856, survai kebersihan pertama dilakukan di New York City tahun 1864, dan
Amerika Public Health Association didirikan tahun 1872. Marine Hospital Service
memiliki wewenang baru untuk melaksanakan inspeksi dan investigasi karena dikeluarkannya
Port
Zuarantine Act tahun 1878. Pada tahun 1890, pasteurisasi pada susu
mulai diperkenalkan, sementara pemeriksaan atas daging dimulai tahun 1891.
Selama periode itu pula perawat pertama kali dipekerjakan oleh industry
(1895)dan sekolah (1899). Juga pada tahun 1895, septic tank diperkenalkan untuk
pengolahan air kotor. Pada tahun 1900, Mayor Walter Reed dari pasukan Amerika
mengumumkan bahwa yellow fever
ditularkan melalui nyamuk.
6.
Abad
Kedua Puluh
Saat
dimulainya abad ke-20, angka harapan hidup masih kurang dari 50 tahun. Penyebab
utama kematian adalah penyakit menular-influenza, pneumonia, tuberculosis, dan
infeksi saluran pencernaan. Penyakit menular yang lain, misalnya, demam tifoid,
malaria, dan difteri juga banyak menelan korban.
Masalah
kesehatan yang juga terjadi. Jutaan anak mengalami kondisi yang ditandai dengan
diare takmenular atau kelainan bentuk tulang. Walau gejala pellagra dan rakitis
sudah dikenal dan dijelaskan, penyebab penyakit itu masih menjadi misteri yang
belum dipecahkan sampai pergantian abad. Penemuan bahwa kondisi itu disebabkan
oleh defesiensi vitamin berjalan lambat karena sebagian ilmuwan mencari
penyebab bakterialnya.
Defisiensi
vitamin dan salah satu kondisi pemicunya, kesehatan gigi yang buruk, merupakan
hal yang sangat umum dijumpa di daerah kumuh kota-kota Amerika dan Eropa. Tidak
tersedianya layanan prenatal dan pascanatal yang memadai menyebabkan tingginya
angka kematian yang berkaitan dengan kehamilan dan kelahiran.
Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia Abad Ke-16 –
Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan kolera. Dengan
melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Tahun 1807 – Pemerintahan Jendral
Daendels, melakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan dalam rangka
upaya penurunan angka kematian bayi, tetapi tidak berlangsung lama karena
langkanya tenaga pelatih. Tahun 1888 – Berdiri pusat laboratorium kedokteran di
Bandung, kemudian berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang,
surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang pemberantasan penyakit
seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi.
Tahun 1925 – Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda
mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan)
penyuluhan kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian
dan kesakitan.
Tahun 1927 – STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi)
berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947
berubah menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar dalam
menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan
masyarakat Indonesia.
Tahun 1930 – Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan
persalinan Tahun 1935 – Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi
epidemi, dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal. Tahun 1951
-Diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y. Leimena dan dr Patah
(yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam
pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat
dipisahkan. konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Diyakini bahwa gagasan
inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan
kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari
Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun
1969/1970 dan kemudian disebut Puskesmas.
Tahun 1952 - Pelatihan intensif dukun bayi
Tahun 1956 - Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.
Tahun 1956 - Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.
Tahun 1967 – Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan
masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini
adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe
B, dan C.
Tahun 1968 – Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa
Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan
kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu,
menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian
kecamatan di kotamadya/kabupaten.
Tahun 1969 : Sistem Puskesmas disepakati dua saja, yaitu tipe A
(dikepalai dokter) dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang
dikenal dengan masa Pelita 1, dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah
kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.
Tahun 1979 Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu
tipe Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi
puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya Puskesmas
dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk
perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan
pengembangan kerjasama tim.
Tahun 1984 Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga
berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi)
Awal tahun 1990-an Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Awal tahun 1990-an Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Dalam ilmu kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh yakni,
Asclepius dan Higela, yang kemudian muncul dua aliran atau pendekatan dalam
menangani masalah-masalah kesehatan. Pertama aliran kuratif dari kelompok
Aclepius dan aliran preventiv dari golongan Higela, dua lairan tersebut saling
berbeda dalam pengaplikasiannya pada kehidupan masyarakat. Aliran kuratif
bersifat rektif yang sasarannya per-individu, pelaksanaanya jarak jauh dan
kontak langsung dengan sasaran cukup sekali,kelompok ini pada umumnya terdiri
dari dokter, dokter gig, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan
pengobatan baik fisik, psikis, mental maupun sosial. Sedangkan aliran prevevtiv
lebih bersifat proaktif atau kemitraan yang sasarannya masyarakat luas, Para
petugas kesehatan masyarakat lulusan sekolah atau institusi masyarakat bebagai
jenjang masuk dalam kelompok ini.
1.
Asclepius (Pendekatan Kuratif)
a.
Sasaran –> individual,
kontak dengan pasien sekali saja, jarak antara petugas & pasien cenderung
jauh.
b.
Bersifat reaktif
c.
Secara partial
2.
Higeia (Pendekatan Preventif)
a.
Sasaran –> masyarakat,
masalahnya adalah masalah masyarakat dan hubungan antara petugas dengan
masyarakat bersifat kemitraan.
b.
Bersifat proaktif
c.
Secara holistic
C.
SEJARAH PERKEMBANGAN
KESEHATAN MASYARAKAT
1.
Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan
(Pre Scientific Period).
Sejarah kebudayaan peradaban masyarakat kuno yang
berpusat di Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma (The Pre-Cristion Period). Pada saat itu pemerintah kota telah melakukan upaya-upaya pemberantasan
penyakit. Sebagai bukti ditemukan dokumen-dokumen tentang peraturan-peraturan tertulis yang mengatur
tentang pembuangan air limbah (drainase), pengaturan air minum, pembuangan
sampah, dsb. (Hanlon, 1964). Dari hasil penemuan arkeologi pada saat itu telah
dibangun WC Umum (Public Latrine) dan sumber air minum sendiri namun untuk
alasan ’estetika’, bukan untuk alasan kesehatan.
Pada kerajaan Romawi Kuno,
peraturan-peraturan yang dibuat bedasarakan alasan kesehatan. Dalam hal itu
pegawai-pegawai kerajaan ditugaskan untuk melakukan supervisi ke lapangan ke
tempat-tempat air minum (Public Bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi,
dsb. (Notoadmodjo, 2005).
a.
Abad Pertama
sampai Abad Ketujuh.
Pada masa ini berbagai
penyakit menyerang penduduk. Di berbagai tempat terjadi endemik atau wabah
penyakit. Bahkan begitu banyaknya penyakit menular dan, oleh karena itu
kesehatan masyarakat makin dirasakan pentingnya (Halon, 1964). Penyakit
kolera menjalar dari Inggriske Afrika, kemudian ke Asia (khususnya Asia Barat
dan Asia Timur) dan akhirnya sampai ke Asia Selatan. Pada Abad ke 7 India
menjadi pusat endemik kolera. Selain kolera penyakit lepra menyebar dari Mesir
ke Asia Kecil dan Eropa melalui emigran. Upaya-upaya yang dilakukan
adalah perbaikan lingkungan yaitu higiene dan sanitasi, pengusahaan air
minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah menjadi bagian
kehidupan masyarakat waktu itu (Notoadmodjo, 2005).
b.
Abad ke-13
sampai abad ke-17.
Pada masa ini kejadian endemik
Pes yang paling dasyat terjadi di China dan India, diperkirkan 13 juta orang
meninggal. Catatan lain di India, Mesir dan Gaza 13.000 orang meninggal
setiap harinya, atau selamah wabah tersebut jumlah kematian mencapai 60 juta
orang. Pertistiwa tersebut dikenal dengan ’The Black Death’.
Pada abad tersebut Kolera juga menjadi masalah di beberapa tempat. Tahun
1603 terjadi kematian 1 diantara 6 orang karena penyakit menular. Tahun1965
meningkat menjadi 1 diantara 5 orang. Tahun 1759 tercatat penyakit-penyakit
lain yang mewabah diantaranya Dipteri, Tifus, dan Disentri.
2.
Periode Ilmu Pengetahuan
(Scientific Period).
Abad
ke-18 sampai permulaan abad ke-19 (kebangkitan Ilmu Pengetahuan.
Penyakit-penyakit yang muncul bukan saja
dilihat sebagai fenomena biologis yang sempit, tetapi merupakan suatu
masalah yang komplek. Pada masa ini juga ditemukan
berbagai macam vaksin dan bahan disinvektans. Vaksin
Cacar oleh Luis Pasteur, Asam Carbolic untuk sterilisasai ruangan operasi ditemukan
oleh Joseph Lister, Ether untuk Anestesi oleh Williem Marton, dsb.
Tahun 1832 di Inggris terjadi
epidemic Kolera. Parlemen Inggris menugaskan Edmin Chadwich, seorang pakar
sosial untuk memimpin penyelidikan penyakit tersebut. Atas laporanya tersebut
Parlemen Inggris mengeluarkan UU tentang upaya-upaya peningkatan kesehatan
penduduk, termasuk sanitasi lingkungan dan tempat kerja, pabrik, dsb. John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah
kesehatan.
Pada akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan tenaga kesehatan. Tahun 1883 Sekolah
Tinggi Kedolteran didirikan oleh John Hopkins di Baltimore AS, dengan salah
satu departemennya adalah Departemen Kesehatan Masyarakat. Tahun 1908
sekolah kedokteran mulai menyebar di Eropa, Kanada, dsb. Dari segi pelayanan
masyarakat, pada tahun 1855 untuk pertamakalinya pemerintah AS membentuk
Departemen Kesehatan yang merupakan peningkatan dari Departemen Kesehatahn Kota
yang sudah terbentuk sebelumnya. Tahun
1972 dibentuk Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public Health
Association) (Notoamodjo, 2005).
D.
PERKEMBANGAN
KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA.
1.
Masa Pra Kemerdekaan.
Pada tahun 1807 Gubernur
Jendral Daendels melakukan pelatihan praktik persalinan pada para dukun bayi.
Pada tahun 1851 didirikan sekolah dokter Jawa di Batavia yaitu STOVIA. Tahun
1888 di Bandung didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran yang selanjutnya
menjadi Lembaga Eykman sekarang. Pada Tahun 1913 didirikan Sekolah Dokter
Belanda yaitu NIAS di Surabaya. Tahun 1922 terjadi wabah Pes, sehingga tahun
1933-1935 diadakan pemberantasan Pes dengan DDT dan vaksinasi massal.
Hasil penyelidikan
Hydric, petugas kesehatan pemerintah waktu itu, penyebab kesakitan dan kematian
yang terjadi di Banyumas adalah kondisi sanitasi, lingkungan dan perilaku
penduduk yang sangat buruk. Hydric kemudian mengembangankan percontohan
dan propaganda kesehatan.
2.
Masa Era Kemerdekaan.
a.
Pra Reformasi.
1.
Masa Orde Lama.
Pada tahun 1951 konsep bandung
Plan diperkenalkan oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yaitu konsep pelayanan
yang menggabungkan antara pelayanan kuratif dan preventif. Tahun 1956
didirikanlah proyek Bekasi oleh dr. Y. Sulianti di Lemah Abang, yaitu model
pelayanan kesehatan pedesaan dan pusat pelatihan tenaga. Kemudian didirikan
Health Centre (HC) di 8 lokasi, yaitu di Indrapura (Sumut), Bojong Loa (Jabar),
Salaman (Jateng), Mojosari (Jatim), Kesiman (Bali), Metro (Lampung), DIY dan
Kalimatan Selatan. Pada tanggal 12 November 1962 Presiden Soekarno mencanangkan
program pemberantasan malaria dan pada tanggal tersebut menjadi Hari Kesehatan
Nasional (HKN).
2.
Masa Orde Baru.
Konsep Bandung Plan terus
dikembangkan, tahun 1967 diadakan seminar konsep Puskesmas.
Pada tahun 1968 konsep Puskesmas ditetapkan dalam Rapat Kerja Kesehatan
Nasional dengan disepakatinya bentuk Puskesmas yaitu Tipe A, B & C.
Kegiatan Puskesmas saat itu dikenal dengan istilah ’Basic’. Ada Basic 7, Basic
13 Health Service yaitu : KIA, KB, Gizi Mas., Kesling, P3M, PKM, BP, PHN, UKS,
UHG, UKJ, Lab, Pencatatan dan Pelaporan. Pada tahun 1969, Tipe Puskesmas
menjadi A & B. Pada tahun 1977 Indonesia ikut menandatangi kesepakatan Visi
: ”Health For All By The Year 2000”, di Alma Ata, negara bekas Federasi Uni
Soviet, pengembangan dari konsep ” Primary Health Care”. Tahun 1979 Puskesmas
tidak ada pen’Tipe’an, dan dikembangkan piranti manajerial Perencanaan dan
penilaian Puskesmas yaitu ’ Micro Planning’ dan Stratifikasi Puskesmas. Pada
tahun 1984 dikembangkan Posyandu, yaitu pemngembangan dari pos penimbangan dan
karang gizi. Posyandu dengan 5 programnya yaitu, KIA, KB, Gizi,
Penangulangan Diare dan Imunisasi dengan 5 Mejanya (Notoadmodjo, 2005).
Pada waktu-waktu selanjutnya Posyandu bukan saja untuk pelayanan Balita tetpai
juga untuk pelayanan ibu hamil. Bahkanpada waktu-waktu tertentu untuk promosi
dan distribusi Vit.A, Fe, Garam Yodium, dan suplemen gizi lainnya. Bahkan
Posyandun saat ini juga menjadi andalah kegiatan penggerakan masyarakat
(mobilisasi sosial) seperti PIN, Campak, Vit A, dsb.
b.
Reformasi.
Waktu terus bergulir, tahun
1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi. Kemiskinan meningkat, kemampuan daya
beli masyarakat rendah, menyebabkan akses ke pelayanan kesehatan renda,
kemudian dikembangkan program kesehatan untuk masyarakat miskin yaitu, JPS-BK.
Tahun 1998 Indonesia mengalami reformasi berbagai bidang termasuk pemerintahan
dan menjadi negara dermokrasi. Tahun 2001 otonomi daerah mulai dilaksanakan,
sehingga dilapangan program-prorgam kesehatan bernunasa desentralisasi dan
sebagai konsekuensi negara demokrasi, program-program kesehatan juga banyak
yang bernuasa ’politis’. Tahun 2003 JPS-BK kemudian penjadi PKPS-BBM Bidang
Kesehatan, tahun 2005 berubah lagi menjadi Askeskin. Pada saat itu juga
dikembangkan Visi Indonesia Sehat Tahun 2010 dengan Paradigma Sehat. Puskesmas
dan Posyandu masih tetap eksis, bahkan Posyandu menjadi andalan ujung tombak
’mobilisasai sosial’ bidang kesehatan. Dalam era otonomi dan demokrasi menuntut
akutanbilitas dan kemitraan, sehingga berkembang LSM-LSM baik bidang kesehatan,
maupun bukan untuk menuntut akutanbilitas tersebut dalam berbagai bentuk
partisipasi. Sebagai ’partnersship’ LSM-LSM tersebut program kesehatan yang
bertanggung jawab adalah Promosi Kesehatan. Promosi Kesehatan harus menjadi
ujung tombak mewakili program kesehatan secara keseluruhan, baik sebagai
pemasaran-sosial Visi Indonesia Sehat 2010 untuk merubah paradigma
(Paradigma Sehat) petugas kesehatan dan masyarakat. Tugas lain promosi kesehatan
melakukan advokasi, komunikasi kesehatan dan mobilisasi sosial, baik
kepada pihak legislatif, eksekutif maupun masyarakat itu sendiri. Terutama
melalui kemitraan dengan LSM-LSM tersebut. Dengan kata lain pada era
otonomi/desentralisasi saat ini sektor kesehatan harus diperjuangkan juga
secara politik karena sebenarnya saat ini bidang kesehatan disebut juga sebagai
era ’Political Health’, maka peranan promosi kesehatan sangat menonjol dalam
ikut mengakomodasi upaya tersebut dengan berbagai strategi.
Secara universal perkembangan
Kesehatan Masyarakat dibagi menjadi 5 era, dengan dasar pembagian 5 unsur,
yaitu unsur jangkuan dengan filosofi yang dianut dengan titik berat pelayanan,
unsur penyelnggaraan pendidikan dan penelitian pengembangan, seperti pada Tabel
1.1 berikut dibawah ini.
Tabel 1.1
: Era Perkembangan Kesehatan Masyarakat
Unsur
Pengembangan
|
Empirical
Health Era
< 1850
|
Basic Science Era
(1850-1900)
|
Clinical Science Era
(1900-1950)
|
Public Health Science Era
(1950-1900)
|
Political Science Era
> 1900
|
Titik Berat Pelayanan
|
Gejala-Gejala Penyakit
|
Bakteri & Penyakit
|
Pasien (Penderita)
|
Masyarakat/ penduduk
|
Masyarakat dan Lingkungan Kesehatan
|
Cara Penyelanggaraan Pendidikan
|
Mengikuti petunjuk secara mutlak dari pengajar
|
Diagnosa Laboratorium
|
Polikinilk/ Balai Pengobatan sebagai tempat praktik
|
Kelinik & balai Kesehatan Masyarakat dan masyakrakjat sebagai
tempat praktik
|
RS Pendidikan dan daerah lokasi praktik
|
Penelitian dan Pengembangan
|
Pengalaman Empiris (historical)
|
Pengembangan Laboratorium
|
Pengembangan Iptek Kedokteran
|
Pengembangan masyarakat dan dengan pengembangan tolok ukur dan
kreteria-kreteria
|
Selain pengembangan Iptek Kedokteran dan masy, juga dikembangankan
bidang ilmu yang lain seperti ekonomi, sosial dan politik.
|
E. DEFENISI KESEHATAN
MASYARAKAT
Kesehatan masyarakat menurut Winslow (1920),
Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian
Masyarakat” untuk
1.
Perbaikan sanitasi lingkungan
2.
Pemberantasan penyakit-penyakit
menular
3.
Pendidikan untuk kebersihan
perorangan
4.
Pengorganisasian
pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.
5.
Pengembangan rekayasa sosial
untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam
memelihara kesehatannya.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948), kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948), kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
F. RUANG LINGKUP KESEHATAN
MASYARAKAT
Disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan
masyarakat antara lain, mencakup :
1.
Ilmu biologi
2.
Ilmu kedokteran
3.
Ilmu kimia
4.
Fisika
5.
Ilmu Lingkungan
6.
Sosiologi
7.
Antropologi (ilmu yang mempelajari
budaya pada masyarakat)
8.
Psikologi
9.
Ilmu pendidikan
Oleh karena itu ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang
multidisiplin.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat ini antara lain sbb :
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat ini antara lain sbb :
1.
Epidemiologi.
2.
Biostatistik/Statistik
Kesehatan.
3.
Kesehatan Lingkungan.
4.
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku.
5.
Administrasi Kesehatan
Masyarakat.
6.
Gizi Masyarakat.
7.
Kesehatan Kerja.
G. FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT
Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat, yaitu: factor
1.
Perilaku
2.
Lingkungan
3.
Keturunan
4.
Pelayanan Kesehatan.
Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar
diikuti oleh pengaruh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke
empat faktor di atas sangat berkaitan dan saling mempengaruhi.
Perilaku sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal
ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup.
Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak
penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan,
diabetes mellitus dan lain lain. Perilaku / kebiasaan mencuci tangan sebelum
makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti mencret
mencret dan lainnya.
Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat
terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa,
Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan
munculnya rumah sakit rumah sakit baru di setiap kabupaten / kota.
Upaya meningkatkan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat
secara langsung juga dipermudah dengan adanya program jaminan kesehatan
masyarakat (Jamkesmas) bagi masyarakat kurang mampu. Program ini berjalan
secara sinergi dengan program pemerintah lainnya seperti Program bantuan
langsung tunai (BLT), Wajib Belajar dan lain lain.
Untuk menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi
pelayanan yang efektif bagi masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program
jaga mutu. Untuk pelayanan di rumah sakit program jaga mutu dilakukan dengan
melaksanakan akreditasi rumah sakit.
Ke 4 faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat di atas
tidak berdiri sendiri sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya
pembangunan harus dilaksanakan secara simultan dan saling mendukung. Upaya
kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat komprehensif, hal ini berarti bahwa
upaya kesehatan harus mencakup upaya preventif / promotif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Dengan berbagai upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai
pembuat regulasi, dan pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan untuk
meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kesehatan masyarakat mengacu
pada status kesehatan sebuah kelompok orang tertentu dan tindakan serta kondisi
pemerintah untuk meningkatkan, melindungi, dan mempertahankan kesehatan mereka.
Sejarah Singkat
Kesehatan Komunitas Dan Kesehatan Masyarakat
1. Peradaban
awal
a. Masyarakat
kuno (sebelum 500 SM)
b. Budaya
klasik (500 SM-500 M)
2. Abad
Pertengahan (500-1500 M)
3. Zaman
Renaissance dan Penjelajahan
4. Adab
Kedelapan Belas
5. Abad
Kesembilan Belas
6. Abad
Kedua Puluh
Sejarah Perkembangan Kesehatan Masyarakat
1. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan (Pre Scientific Period).
a. Abad Pertama sampai Abad Ketujuh.
b. Abad ke-13 sampai abad ke-17.
2. Periode Ilmu Pengetahuan (Scientific Period).
Abad
ke-18 sampai permulaan abad ke-19 (kebangkitan Ilmu Pengetahuan.
Perkembahangan Kesehatan Masyarakat Di Indonesia.
1. Masa Pra Kemerdekaan.
2. Masa Era Kemerdekaan.
a. Pra Reformasi.
1. Masa Orde Lama.
2. Masa Orde Baru.
b. Reformasi.
B. SARAN
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
penulis berharap untuk makalah selanjutnya akan lebih baik lagi. Dan semoga
makalah ini dapat menjadi pembelajaran bagi pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar