Halaman

Share

Grab This

Jumat, 11 Januari 2013

makalah manajemen kepemimpinan



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut setiap organisasi untuk bersikap lebih responsif agar sanggup bertahan dan terus berkembang. Untuk mendukung perubahan organisasi tersebut, maka diperlukan adanya perubahan individu. Proses menyelaraskan perubahan organisasi dengan perubahan individu ini tidaklah mudah. Pemimpin sebagai panutan dalam organisasi, sehingga perubahan harus dimulai dari tingkat yang paling atas yaitu pemimpin itu sendiri. Maka dari itu, organisasi memerlukan pemimpin reformis yang mampu menjadi motor penggerak yang mendorong perubahan organisasi.
Sampai saat ini, kepemimpinan masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan diteliti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena yang sedikit dipahami. Fenomena gaya kepemimpinan di Indonesia menjadi sebuah masalah menarik dan berpengaruh besar dalam kehidupan politik dan bernegara. Dalam dunia medis, gaya kepemimpinan berpengaruh kuat terhadap jalannya organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan sangat strategis dan penting dalam sebuah organisasi sebagai salah satu penentu keberhasilan dalam pencapaian misi, visi dan tujuan suatu organisasi. Maka dari itu, tantangan dalam mengembangkan strategi organisasi yang jelas terutama terletak pada organisasi di satu sisi dan tergantung pada kepemimpinan. [1]
Menarik untuk dicatat bahwa salah satu alasan mengapa munculnya kepemimpinan itu menjadi sebuah topik yang cukup penting di sini karena didasarkan pada tradisi politik suatu negara. Hampir semua negara barat yang mempraktikkan proses politik yang demokratis memungkinkan setiap orang untuk mencapai posisi-posisi yang memiliki tanggung jawab. Orang tersebut tidak memerlukan banyak kekayan, teman-teman pribadi, atau tradisi kekeluargaan untuk memperoleh kekuasaan. Oleh karena itu, studi tentang bagaimana orang-orang ini memperoleh posisi tersebut menjadi sangat penting. Ada dua isu yang sangat penting untuk didiskusikan yaitu pertama, berpusat pada pertanyaan mengapa seseorang itu menginginkan untuk menjadi pemimpin dan kedua, identifikasi apa saja yang harus dilakukan seseorang untuk memperoleh posisi tersebut.
Sudah jelas bahwa posisi pemimpin dapat memberikan keuntungan-keuntungan ekonomis yang lumayan. Dalam beberapa organisasi/perusahaan, pemimpin puncak itu dapat menerima penghasilan 10-15 kali lipat dari penghasilan para karyawan tingkat terbawah. Dan masih ada lagi penghargaan-penghargaan lain untuk pemegang jabatan ini. Makin tinggi jabatan seseorang dalam organisasi makin banyak input atau dampak yang dimilikinya terhadap kebijaksanaan organisasi. Jadi banyak kemungkinan munculnya perasaan keberhasilan dan kesuksesan yang lebih besar buat mereka ini. Akan tetapi, harus diingat bahwa keinginan untuk menjadi pemimpinan saja tidak cukup. Ada beberapa watak dan karakteristik yang lebih memungkinkan seseorang untuk mencapai jabatan pemimpin.
Kepemimpinan adalah proses yang sangat penting dalam setiap organisasi karena kepemimpinan inilah yang akan menentukan sukses atau gagalnya sebuah organisasi. Jika perusahaan, rumah sakit, universitas atau tim atletik mengalami kesuksesan, maka direktur, rektor, atau pelatihlah yang memperoleh acungan jempol. Akan tetapi, sebaliknya, jika terjadi kegagalan, mereka pulalah yang memperoleh teguran, kritik, atau bahkan diganti. Jadi salah satu elemen pokok yang menjadi perhatian setiap organisasi yaitu bagaimana caranya untuk menarik, melatih atau mempertahankan orang – orang yang akan menjadi pemimpin – pemimpin yang efektif.[2]
Begitu pentingnya peran kepemimpinan dalam sebuah organisasi menjadi fokus yang menarik perhatian para peneliti bidang perilaku keorganisasian. Bass (1990) menyatakan bahwa kualitas dari pemimpin sering kali dianggap sebagai faktor terpenting yang menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi. Schein (1992), Nahavandi & Malekzadeh (1993) serta Kouzes & Posner (1987) juga menyatakan bahwa pimpinan mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan organisasi. Porter (1996) dalam Sunarsih (2001). Green Berg dan Baron (2000 : 444) dalam Sunarsih (2001) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu unsur kunci dalam keefektifan organisasi.1
Organisasi membutuhkan seorang pemimpin, sebab pemimpin itulah sosok penggerak dan inspirator dalam merancang dan mengerjakan kegiatan. Pemimpin tidak hanya seorang
manajer, ia juga harus seorang pembangun mental, moral spirit, dan kolektivitas kepada jajaran bawahannya. Seorang pemimpin seyogyanya tidak hanya menggunakan aturan tertulis, tapi juga sikap perilaku, sepak terjang, dan keteladanan dalam melakukan agenda transformasi kearah yang lebih baik. [3]
Pemimpin atau kepemimpinan merupakan variabel yang erat kaitannya dengan tugas manajer. Manajer diharapkan mampu memimpin organisasinya dengan baik. Meskipun demikian pemimpin dengan manajer mempunyai pengertian yang berbeda. Seorang manajer yang baik belum tentu merupakan pemimpin yang baik, dan sebaliknya. Idealnya, manajer yang baik juga merupakan pemimpin yang baik. [4]
Manajer adalah seorang yang mempunyai wewenang untuk memerintah orang lain. Seorang manajer dalam menjalankan pekerjaan dan tanggung jawabnya menngunakan bantuan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, ia perlu memimpin pegawai, karyawan, pekerja, atau apapun sebutannya. Tidak setiap orang yang ditunjuk menjadi pemimpin bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik. Selain itu, tidak setiap pemimpin dapat menjadi pemimpin yang baik.
Banyak pendapat yang berbeda – beda tentang apa yang dimaksud dengan pemimpin yang baik. Demikian juga tentang apa yang menjadi kewajiban setiap  pemimpin. Namun demikan, dapat diambil inti persamaanya, yaitu bahwa setiap pemimpin mempunyai kewajiban untuk mencapai tujuan organisasi/institusi dan memberi perhatian terhadap kebutuhan pegawai bawahannya. [5]
Kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen organisasi. Kepemimpinan dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasan-keterbatasan tertentu pada diri manusia. Dari sinilah timbul kebutuhan untuk memimpin dan dipimpin. Kepemimpinan didefinisikan ke dalam ciri-ciri individual, kebiasan, cara mempengaruhi orang lain, interaksi, kedudukan dalam oragnisasi dan persepsi mengenai pengaruh yang sah.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan dengan antusias (David, Keith, 1985). Menurut Veitzhal Rivai (2004), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh kepada pengikut-pengikutnya lewat proses komunikasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Menurut Achmad Suyuti (2001) yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang lain untuk digerakkan ke arah tujuan tertentu.
Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995) yang menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan. Gaya kepemimpinan mewakili filsafat, ketrampilan, dan sikap pemimpin dalam politik. Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu (Heidjrachman dan Husnan, 2002:224). Sedangkan menurut Tjiptono (2001:161), gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam
berinteraksi dengan bawahannya. Pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004:29).1
Dalam menjalankan kepemimpinan, antara pemimpin satu dan lainnya tidaklah selalu sama bahkan berbeda. Sehingga para pemipin mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda beda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu perlu kiranya bagi seorang calon pemimpin mengetahui tipe-tipe kepemimpinan supaya ia dapat mengetahui berbagai tipe dan[6]dapat menentukan tipe mana yang efektif dijalankan dalam sebuah lembaga tertentu. Dan perlu kiranya mengetahui kepemimpinan yang sesuai. Dalam paper ini kami akan membahas tentang tipe kepemimpinan otokratis. 3

B.   Rumusan Masalah
1.         Bagaimana konsep dasar kepemimpinan ?
2.         Bagaimana  Tipe Kepemimpinan Otokratis ?
3.         Bagaimana ciri – ciri kepemimpinan otokratis ?
4.         Bagaimana gaya kepemimpinan otokratis menurut para ahli ?
5.         Bagaimana perilaku tipe pemimpin otokratis ?
6.         Bagaimana kekurangan dan kelebihan serta untung rugi tipe kepemimpinan otokratis?

C.  Tujuan
1.        Untuk mengetahui konsep dasar kepemimpinan.
2.        Untuk mengetahui pengertian dari tipe kepemimpinan otokratis.
3.       Untuk mengetahui ciri-ciri dari kepemimpinan otokratis.
4.       Untuk mengetahui tipe kepemimpinan otokratis menurut para ahli.
5.      Untuk mengetahui perilaku pemimpin otokratik.
6.      Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan serta untung rugu tipe kepemimpinan otokratik.

D.  Mamfaat
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak manajemen kampus maupun rumah sakit dalam melakukan strategi yang tepat untuk dapat meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja karyawannya terutama dengan menggunakan gaya kepemimpinan dan menciptakan komitmen organisasi dengan tepat.
2.  Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi bahan penelitian selanjutnya dalam rangka menambah khasanah akademik sehingga berguna untuk pengembangan ilmu, khususnya bidang Manajemen Sumber Daya Manusia.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.     KERANGKA TEORI
A.  Pengertian Kepemimpinan
Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti bimbing atau tuntun, dengan begitu di dalam terdapat dua pihak yaitu yang dipimpin (rakyat) dan yang memimpin (imam). Setelah ditambah awalan “pe” menjadi “pemimpin” (leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan kominikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dan setelah ditambah akhiran “an” menjadi “pimpinan” artinya orang yang mengepalai. Apabila dilengkapi dengan awalan “ke” menjadi “kepemimpinan” (leadership) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakuakan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok (Inu Kencana, 2003). Jadi kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Miftah, 1997).
Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan menggerakkan atau memotivasi sejumlah orang agar secara serentak melakukan kegiatan yang sama dan terarah pada pencapaian tujuannya (Nawawi dan M. Martin, 1995).
Seiring dengan pengertian di atas, pemimpin adalah orang yang mempunyai wewenang dan hak untuk memepengaruhi orang lain, sehingga mereka berprilaku sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut melalui kepemimpinannya.6
Bass (2008), Bass dan Stogdill (1990) serta Nonthouse (2012) dengan kemampuannnya telah mencatat bahwa ada beragam defenisi kepemimpinan, mereka hanya sebagian orang yang telah memberi arti defenisi dalam konsep. [7]
Menurut sejarah, kepemimpinan telah dipertimbangkan untuk menjadi watak kepribadian, pemimpin dilahirkan, dan tidak dibuat. Tindakan mempengaruhi orang lain, mengajak, mengacu pada orang lain, dan orang yang fokus dalam proses kelompok kemudian menjadi gaya yang bisa menjadi dasar dalam sebuah kepribadian, serta dapat berpikir sosial.
Gulliani dan Kurson (2007) mencatat bahwa pemimpin tidak semudah yang dilihat, mereka berfikir, belajar, dan menjadi pengemban. Hesselbein dan Cohen (1999) menyatakan bahwa pemimpin harus menjadi penengah dan pemersatu, mereka harus membangun jembatan  dan sukses menampung usaha-usaha dari para pengikutnya. Maka dari itu, mereka menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah persoalan bagaimana menjadi bukan apa yang dilakukan. Secara jelas, defenisi dari kepemimpinan merupakan gabungan dari beberapa karakteristik (Welford,2002). 7
Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu tujuan umum. Pengertian lain mengenai kepemimpinan adalah segala hal yang bersangkutan dengan pemimpin dalam hal menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan orang lain agar melaksanakan tugas dan mewujudkan sasaran yang ditetapkan (LAN RI : 1996).5
Menurut Robbins (1993) kepemimpinan itu didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk memengaruhi sebuah kelompok menuju kepada pencapaian tujuan kelompok tersebut.2
Kepemimpinan adalah penggunaan keterampilan seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya (Sullivan & Decker, 1989).
Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat (motivasi) orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab penuh terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi (Goetsch & Davis).
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain agar mereka mau berbuat dan berprilaku sebagaimana yang diharapkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Pusdiklat Kesehatan Depkes RI, 1999). [8]
Kepemimpinan merupakan interaksi antar kelompok dan proses mempengaruhi kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah proses interpersonal yang mempengaruhi kegiatan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan.
Berdasarkan pandangan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar dapat berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan kemampuan dan keterampilan seorang pemimpin perawat dalam mempengaruhi perawat lain dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai.[9]
Kepemimpinan dalam pandangan Islam merupakan amanah dan tanggung jawab yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Jadi, pertanggungjawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia, tetapi bersifat vertikal-moral, yakni tanggung jawab kepada Allah SWT di akhirat.
Kata kuncinya adalah kepemimpinan melekat kepada masing-masing individu, sesuai dengan tingkat kepemimpinannya. Setiap orang adalah pemimpin, minimal untuk dirinya sendiri.
Kepemimpinan sebenarnya bukanlah sesuatu yang menyenangkan, tetapi merupakan tanggung jawab sekaligus amanah yang amat berat dan harus diemban sebaik-baiknya. Hal tersebut dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al-Mu’minun yang Artinya:
 Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji mereka dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi surga Firdaus, mereka kekal di dalamnya”(Q.S.al-Mukminun 8-11).
Selain dalam Al Qur’an Rasulullah SAW juga mengingatkan dalam Haditsnya agar dapat menjaga amanah kepemimpinan, sebab hal itu akan dimintai pertanggungjawaban baik di dunia maupun dihadapan Allah SWT. Hal itu dijelaskan dalam Hadits berikut:[10]

Artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Imam adalah pemimpin dalam keluarganya, bertanggung jawab tentang kepemimpinanya. Laki-laki itu pemimpin, bertanggung jawab tentang kepemimpinannya. Wanita itu pemimpin dalam rumah tangganya, dan bertanggung jawab tentang kepemimpinannya. Khadam itu pemimpin bagi harta majikannya, bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya.” (H. R. Bukhori).10

B.   Fungsi Kepemimpinan Dan Tugas Pimpinan
Yaitu fungsi yang dilaksanakan oleh pemimpin di lingkungan kelompoknya agar secara operasional berhasil guna. Seorang pemimpin mempunyai dua fungsi yaitu: fungsi yang berkaitan dengan tugas dan fungsi sosial/pemeliharaan kelompok. Fungsi yang berkaitan dengan tugas dapat meliputi pemberian perintah, pemberian saran pemecahan dan menaw[11]arkan informasi serta pendapat. Sedangkan fungsi pemeliharaan kelompok/fungsi sosial meliputi semua hal yang membentuk kelompok dalam melaksanakan tugas operasinya untuk mencapai tujuan dan sasaran. Sebagai suatu misal persetujuan dengan kelompok lain, menengahi ketidaksepakatan kelompok dan sebagainya. Pemimpin yang berhasil menjalankan kedua fungsi tersebut dengan baik adalah pemimpin yang berhasil.11
Dilihat dari sudut orientasi maka fungsi dan tugas pimpinan terbagi dalam orientasi tugas dan hubungan antar manusia (HAM).9
1.    Orientasi Tugas
a.    Merencanakan dan mengorganisir kegiatan.
b.    Menyediakan informasi yang diperlukan oleh atasan maupun staf.
c.    Membuat pengawasan, memberi pengarahan dan bimbingan.
d.    Bertanggung jawab atas pekerjaanya dan pekerjaan orang lain.
e.    Mendukung kerjasama dan partisipasi staf.
f.     Mengevaluasi hasil dan menganalisa kekuatan dan kelemahan staf.



2.    Orientasi HAM
a.    Memberi dorongan dengan sikap bersahabat.
b.    Mengungkapkan perasaan yang dialami.
c.    Mendamaikan / mempertemukan pendapat yang berbeda, menyelesaikan konflik.
d.    Memperlancar urusan dengan sebaik-baiknya.
e.    Menentukan aturan main.
Kemudian berdasarkan orientasi fungsi dan tugas pemimpin tersebut, maka aktifitas kepemimpinan dapat digolongkan dalam empat aspek yaitu : 9
1.    Memberikan pengarahan.
2.    Melakukan supervisi.
3.    Melakukan koordinasi.
4.    Memberikan motivasi.[12]
C.   Teori Dasar Dalam Kepemimpinan
Teori-teori yang membahas kepemimpinan dapat dirangkum dalam tiga macam yaitu :
a.       Teori Bakat
Teori bakat berusaha mengidentifikasi karakteristik pribadi dari seorang   pemimpin.1
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain. Teori ini disebut dengan “Great Man Theory”. Banyak penelitian tentang riwayat kehidupan Great Man Theory. Tetapi menurut teori kontemporer, kepemimpinan seseorang dapat dikembangkan bukan hanya dari pembawaan sejak lahir, dimana teori trait mengabaikan dampak atau pengaruh dari siapa yang mengasuh, situasi dan lingkungan lainnya.
Teori ini mengidentifikasi karakteristik umum tentang intelegensi, personaliti, dan kemampuan (perilaku). [13]
b.      Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan memfokuskan pada perilaku apa yang dipunyai oleh pemimpin, yang membedakan dirinya dari non-pemimpin.
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manager menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari sebuah perilaku otoriter ke demokratik atau fokus suatu produksi ke fokus pegawai.
Menurut Vestal (1994) teori perilaku ini dinamakan dengan gaya kepemimpinan seorang manager dalam suatu organisasi.12
c.       Teori Situasi
Penelitian-penelitian terdahulu yang mencoba melihat karkteristik dan gaya kepemimpinan tidak dapat menemukan karakteristik atau gaya yang berlaku untuk semua situasi. Situasi dengan demikian memainkan peranan penting dalam efektifitas kepemimpinan. 4
Teori lain dalam kepemimpinan yaitu : 2[14]
a.  Teori Genetis (Keturunan)
Inti dari teori ini menyatakan bahwa leader are born and not made” (pemimpin itu dilahirkan sebagai bakat dan bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini berpendapat bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinannya. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.
b.      Teori Sosial
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik dan bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3.  Teori Ekologis
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran.
Teori kepemimpinan menurut Ohio State Model (Bass,2008 ; Bass & Stogdill,1990; Fleischman,1998), Situasional Leadership Chersey ( Blanchard dan Johnson, 2008), The Leadership Grid (Blake & McConse,1991) dan Gaya Umum Perilaku Pemimpin :7
D.  Kriteria Pemimpin
Dalam mencari sifat/kriteria kepemimpinan yang dapat diukur, para peneliti mengambil dua pendekatan yaitu :13[15]
1.      Membandingkan sifat orang yang tampil sebagai pemimpin dengan orang yang tidak menjadi pemimpin.
2.      Membandingkan sifat pemimpin efektif dengan pemimpin yang tidak efektif.
Dari daftar kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin, paling sedikit ia harus mampu untuk memimpin para pegawai/bawahan untuk mencapai tujuan institusi dan harus mampu untuk menangani hubungan antarkaryawan (interpersonal relations). Pemimpin yang berkualitas harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.      Mempunyai keinginan untuk menerima tanggung jawab
2.      Mempunyai kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi introspektif.
3.      Mempunyai kemampuan untuk menentukan prioritas
4.      Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi.
RL Khan mengemukakan bahwa seorang pemimpin menjalankan pekerjaanya dengan baik jika :
1.      Memberikan kepuasan terhadap kebutuhan langsung para bawahannya.
2.      Menyusun jalur pencapaian tujuan.
3.      Menghilangkan hambatan-hambatan pencapaian tujuan.
4.      Mengubah tujuan karyawan sehuingga tujuan mereka bisa berguna secara organisatoris. 5[16]

E.   Peranan Pemimpin
Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut : 3
1.    Sebagai pelaksana (executive).
2.    Sebagai perencana (planner).
3.    Sebagai seorangahli (expert).
4.    Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group representative).
5.    Sebagai pengawas hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of internal relationship).
6.    Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and punishments).
7.    Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator).
8.    Merupakan bagian dari kelompok (exemplar).
9.    Merupakan lambang dari pada kelompok (symbol of the group).
10.                   Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual responsibility).
11.                   Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist).
12.                   Bertindak sebagai seorang ayah (father figure).
13.                   Sebagai kambing hitam (scape goat).

F.    Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan
1.        Karateristik pribadi
Karakter pimpinan keperawatan sangat berpengaruh terhadap proses kepemimpinan yang dijalankannya. Berikut adalah beberapa karakter kepemimpinan keperawatan yang efektif sebagai berikut : 3[17]
a.       Jujur
b.      Terbuka
c.       Terus Belajar
d.      Enterpreuner (Wira Usaha)
e.       Disiplin
f.       Intelegen
2.        Kelompok yang dipimpin
Keberhasilan seorang pemimpin dalam menjalankan organisasinya dipengaruhi oleh kelompok yang dipimpinnya. Semakin besar kelompok yang dipimpin semakin sulit menjalankan kepemimpinan. Oleh karena itu, agar memudahkan proeses kepemimpinan maka perlu dilakukan pembagian tugas kepemimpinan kepada unit-unit atau tim.
3.        Situasi yang dihadapi
Beberapa situasi ruang perawatn berikut ini akan mempengaruhi proses kepemimpinan dalam pelayanan asuhan keperawatn yaitu :
a.       Kemampuan dan pengalaman aggota
b.      Peraturan dan kebijakan rumah sakit.
Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981), yaitu : 3[18]
1.      Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2.      Harapan dan perilaku atasan.
3.      Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
4.      Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5.      Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6.      Harapan dan perilaku rekan.
G.  Gaya Dan Tipe Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yaitu sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan. 11
Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995) yang menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan. Gaya kepemimpinan mewakili filsafat, ketrampilan, dan sikap pemimpin dalam politik. Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu (Heidjrachman dan Husnan, 2002:224). Sedangkan menurut Tjiptono (2001:161), gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004:29).1
Gaya kepemimpinan cenderung sangat bervariasi dan berbeda-beda yang dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek, yaitu : 9[19]
1.      Aspek Prilaku :
a.       Kepemimpinan positif
b.      Kepemimpinan negaip
2.      Aspek Kekuasan dan Wewenang :
a.       Otoriter (otokratik)
b.      Demokratis
c.       Partisipatif
d.      Bebas tindak (Laissez Faire).
Gaya kepemimpinan adalah pendekatan dan ragam seorang leader dalam memberikan arahan, implementasi rencana dan bagaimana memotivasi anak buahnya. Kurt Lewin (1939) yang memimpin sekelompok peneliti mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. 14
Studi awal ini sangat berpengaruh dan telah merumuskan tiga gaya kepemimpinan utama. Menurut U. S Army Handbook, ada tiga gaya kepemimpinan utama yaitu : 14
1.      Otoriter atau otokratis.
2.      Partisipasi atau demokrat.
3.      Delegatif atau pemerintahan bebas.
Di lain pihak, Gilles mengemukakan ada empat gaya kepemimpinan yaitu otokratis, demokratis, partisipatif, dan laissez faire.
Selain beberapa gaya kepemimpinan di atas, ada pula beberapa gaya kepemipinan yang lain yaitu :
1.      Gaya / tipe militeristik.
2.      Gaya / tipe paternalistik.
3.      Gaya / tipe karismatik.
Selain itu, dalam buku Creative Edge, William C Miller menguraikan lima gaya kepemimpinan, yaitu :
1.      Memerintah (tell)
2.      Membujuk (sell)
3.      Berkonsultasi (consult)
4.      Meminta partisipasi (participative)
5.      Mendelegasikan (delegate).5
Blake dan Moutin (1964,1978) mengembangkan managerial grid dan sering menggunakannya dalam kepemimpinan keperawatan. Managerial grid memiliki lima gaya dasar kepemimpinan dalam sebuah kombinasi untuk kepentingan produksi dan kepentingan orang. Skala untuk setiap komponen berubah dari 1 (rendah) ke 9 (tinggi). Lima gaya kepemimpinan di gambarkan sebagai berikut : 15[20]
1.        Authority-Obedience / kepatuhan
Pemimpin berasumsi bahwa sebuah kekuatan posisi didapatkan dengan mengatur kondisi pekerjaan secara efektif dan mengurangi mengintervensi bagian manusia secara minimal.
2.      Tim
Orang di komisi untuk menyelesaikan sebuah tugas, anggota kelompok saling berhubungan dan stiap orang mengambil andil umum. Hubungan kepercayaan, menghormati dan persamaan adalah keadaan dalam bekerja.
3.      Kelompok Rekreasi
Pemimpin membayar dengan penuh perhatian untuk mendapatkan anggota kelompok dan menjaga kenyamanan, suasana persahabatan dan tempo pekerjaan.
4.        Miskin dan Lemah
Pemimpin memberikan usaha minimal dalam menyelesaikan kewajiban bekerja.
5.      Organisasi Manusia (jalan Tengah)
Pemimpin menyeimbangkan perilaku yang berhubungan dengan tugas dengan cara mengatur moral dari anggota kelompok pada sebuah level yang menyenangkan / kepuasan. 15[21]
Menurut Follet (1940), gaya didefinisikan sebagai hak istimewa yang tersendiri.
Menurut para ahli terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara lain : 12
a.       Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau Dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan.
b.      Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu :4 &11
Sistem 1, otoritatif dan eksploitif :
Manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan oleh manajer.
Sistem 2, otoritatif dan benevolent:
Manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan
untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. Bawahan juga diberi berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
Sistem 3, konsultatif:
Manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan-keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.
Sistem 4, partisipatif :
Adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting.
c.       Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X Dan Teori Y
Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat yaitu:[22]
1.      Gaya kepemimpinan diktator
2.      Gaya kepemimpinan autokratis
3.      Gaya kepemimpinan Demokratis
4.      Gaya kepemimpinan santai.
d.      Gaya Kepemimpinan Menurut Robert House
Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House mengemukakan empat gaya kepemimpinan yaitu : 11
1.      Directive
2.      Supportive
3.      Participative
4.      Achievement oriented
e.       Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey Dan Blanchard
Ciri –ciri gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard meliputi :
1.      Instruksi
2.      Konsultasi
3.      Partisipasi
4.      Delegasi. 11
W.J. Redding dalam atikelnya “What Kind of Manager” menentukan watak dan tipe pemimpin atas tiga pola dasar, yaitu :
- berorientasi tugas (task orientation)
- berorientasi hubungan kerja (relationship orientation)
- berorientasi hasil yang efektif (effective orientation)
Berdasarkan penonjolan ketiga orientasi tersebut, dapat ditentukan delapan tipe kepemimpinan, yaitu : [23]
1.      Tipe deserter (pembelot)
2.      Tipe borokrat
3.      Tipe misionaris
4.      Tipe developer (pembangun)
5.      Tipe oktokrat
6.      Tipe Benevolent autocrat (otokrat yang bijak)
7.      Tipe copromis
8.      Tipe eksekutif. 16

II.  PEMBAHASAN
A.  Pengertian Kepemimpinan Otokratik
Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. 17
Otokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya dipegang oleh satu orang. Istilah otokrasi berasal dari bahasa yunani. Istilah otokratis berasal dari dua kata yaitu: autos dan kratos. Autos berarti sendiri atau diri pribadi, kratos adalah kekuasaan atau kekuatan. Jadi otokratis berarti berkuasa sendiri secara mutlak (centre of authority). Kepemimpinan otokratis merupakan kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dengan prilaku otoriter. 3[24]
Kepemimpinan secara otokratis adalah kepemimpinan yang cara memimpinnya menganggap organisasi sebagai miliknya sendiri. Sehingga seorang pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap para anggota organisasinya dan menganggap mereka itu sebagai bawahannya dan merupakan alat atau mesin, tidak diperlakukan sebagaimana manusia. Bawahan hanya menurut dan menjalankan perintah atasannya serta tidak boleh membantah, karena pimpinan tidak mau menerima kritik, saran dan masukan.
Tipe kepemimpinan otokratis ini dapat kita jumpai dalam pemerintahan feodal oleh kerajaan-kerajaan pada zaman abad pertengahan. Kepemimpinan yang otokratis biasanya dikendalikan oleh seorang pemimpin yang mempunyai perasaan harga diri yang sangat tinggi. Bawahannya dianggap bodoh, tidak berpengalaman, dan selayaknya diperintah sesuka mereka. Dengan egoisme yang sangat tinggi, seorang pemimpin yang otokratik melihat peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional seperti kekuasaan yang tidak perlu dibagi dengan orang lain dalam organisasi, ketergantungan total para anggota organisasi mengenai nasib masing-masing dan sebagainya. 6
Gaya kepemimpinan ini cenderung dapat menurunkan kinerja seseorang karena pemimpin yang mengambil keputusan dan kebijakan berdasarkan wewenang dia sendiri dan “bawahannya” harus menuruti atau mengerjakan sesuai dengan perintahnya. Hal ini sering terjadi di berbagai tempat kerja. Kebanyakan karyawan yang memiliki pimpinan yang seperti ini tidak mempunyai motivasi yang tinggi untuk meningkatkan mutu kinerjanya, karena segala apa yang mereka lakukan tidak jarang tidak memperoleh penghargaan, karena pemimpin mereka cenderung egois yang hanya mengutamakan kepentingannya tanpa memperhatikan kondisi karyawannya. Bagi seorang pemimpin yang seperti ini lebih menganggap karyawan-karyawannya sebagai “bawahan” yang harus menuruti perintah dengan keputusan sepihak. Tetapi tidak berarti gaya otoriter sepenuhnya dapat menurunkan kinerja, ada juga seorang karyawan yang dapat termotivasi karena adanya otorisasi. Contohnya karyawan yang cenderung menunda-nunda pekerjaan dan terlalu menyepelekan tugas, seorang yang seperti ini tidak jarang perlu pemimpin yang otoriter agar tugas mereka cepat selesai. 17[25]
Tipe Otoriter disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang-undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak. Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah. Setiap perbedaan diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya. Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang–orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang–orang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb. 18
 Sebaliknya, orang–orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan. Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung. Selain itu, dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis.18[26]
Gaya ini digunakan ketika pemimpin meminta karyawan melakukan apa yang diinginkan dan memerintahkan bagaimana caranya tanpa meminta petunjuk dari para pengikutnya.
Gaya ini sebaiknya diterapkan ketika seorang pemimpin memilki semua informasi untuk memecahkan masalah, mengejar waktu, dan karyawan juga termotivasi. Beberapa kalangan menerapkan gaya ini sebagai “kendaraan” untuk berteriak, menggunakan bahasa merendahkan, dan memimpin dengan ancaman dan menyalahgunakan kekuasaan. Ini adalah gaya profesional kasar. Pemimpin memerintah orang-orang di sekitarnya dan pantang mengulang apa yang telah diperintahkan. Sekali pemimpin berkata, yang lain wajib melaksanakannya tanpa banyak bertanya.14

B.   Gaya Kepemimpinan Otokratik Menurut Para Ahli
1.    Menurut Harris :
Seorang pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan otokratik menganggap bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, menjalankan tindakan, mengarahkan, memberikan motivasi, dan mengawasi bawahannya berpusat di tangannya. Pemimpin seperti ini merasa bahwa hanya ia yang berkompeten untuk memutuskan dan menganggap bahwa bawahannya tidak mampu untuk mengarahkan diri mereka sendiri. Di lain pihak, ia mungkin mempunyai alasan-alasan untuk mengambil posisi yang kuat untuk mengarahkan dan berinisiatif. Seorang otokrat juga mengawasi pelaksanaan pekerjaan dengan maksud untuk meminimalkan penyimpangan dari arahan yang ia berikan. 5

2.    Menurut Teori X dan Teori Y
Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan dan lebih suka dipimpin dari pada memimpin.
a.       Diktator yaitu gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan teori X.
b.      Autokratis pada dasarnya hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari teori X.
3.    Menurut Ronald Lippits Dan Rapiph K. White
Menurut Ronald Lippith dan Rapiph K white ciri-ciri gaya kepemimpinan otoriter adalah sebagai berikut : 12 [27]
a). Wewenang mutlak berada pada pimpinan.
b). Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin.
c). Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pemimpin.
d). Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan.
e). Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat.
f). Prakarsa harus selalu berasal dari pemimpin.
g). Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat.
h). Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif.
i). Lebih banyak kritik daripada pujian.
j). Pemimpin menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat.
k). Pemimpin menuntut kesetiaan tanpa syarat.
l). Cenderung adanyan paksaan, ancaman dan hukuman.
m). Kasar dalam bersikap
n). Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pemimpin.
            4. Menurut Gillies (1996)
Gaya kepemimpinan otokratis berdasarkan wewenang dan kekuasaan merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya pada kepentingan tugas. Motivasi dengan reward dan punishment.12
5. Menurut Likert :
a. sistem 1 : otoriter-eksploitatif, manajer tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahannya melalui ancaman atau hukuman, namun kadang-kadang melalui balsan (reward), komunikasi yang dilakukan satu arah (kebawah atau to-down), dan membatasi pengambilan keputusan hanya untuk manajer.
b. sistem 2 : benevolent-autoritative, manajer ini mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan melalui ancaman dan hukuman meskipun tidak selalu, membolehkan komunikasi ke atas, memperhatikan ide atau pendapat dari bawahan, dan mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan meskipun masih melakukan pengawasan dengan ketat. 4[28]
C.   Ciri-Ciri Kepemimpinan Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: 1
a.   Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi.
b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, menganggap bawahan sebagai alat semata-mata.
c.  Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat.
d.  Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya.
e.  Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
-               Ciri-ciri kepemimpinan otokratis yang lain: 3
1.      Memegang kewenangan mutlak (bersikap adigang, adigung, dan adiguna).
2.      Kuasa dipusatkan pada diri pemimpin ( aji mumpung).
3.      Merumuskan ide sendiri, rencana dan tujuan.
4.      Memilih kebijakan sendiri.
5.      Menetapkan keputusan sendiri.
-       Ciri-ciri  lain dari kepemimpinan otokratis antara lain : 19[29]
1.      Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi.
2.      Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal.
3.      Berambisi untuk merajai situasi.
4.      Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri.
5.      Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan.
6.      Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan      pribadi.
7.      Adanya sikap eksklusivisme.
8.      Selalu ingin berkuasa secara absolut.
9.      Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku.
10.  Pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.

D.  Perilaku Pemimpin Otokratis
Seorang pemimpin otokratis tampak dari kegiatannya memimpin anak buah. Perilaku itu akan menunjukkan tipe kepemimpinannya antara lain yaitu: 3
1.    Mempraktekkan komunikasi satu arah (one way traffic of communication).
2.    Pengawasan kepada anak buah ketat.
3.    Saran, pertimbangan, pendapat dari bawahan tertutup sama sekali.
-       Sikap tipe perilaku otokratis jika menghadapi bawahan:
1.    Mementingkan tugas dibandingkan pendekatan kemanusiaan.
2.    Memaksa bawahan untuk patuh dan menuntut kesetiaan mutlak.
3.    Memaksa, mengancam, menghukum atau mengintimidasi kepada anak buah.
4.    Serba intruksi dan perintah.
5.    Kasar dalam fikiran, perasaan dan perbuatan.
6.    Kaku dalam pergaulan terutama kepada anak buah.
7.    Mencari perhatian keatasan kalau ia memimpin tingkat Lini dan Menengah.
8.    Lebih banyak kritik dari pada memuji bawah.
-       Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain : 20
a.    Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya.
Sebagaimana hadist yang berbunyi :
“ Hendaklah kamu mendengar, patuh dan taat ( kepada pemimpinmu ) dalam masa kesenangan ( kemudahan dan kelapangan ), dalam kesulitan dan kesempitan, dalam kegiatanmu dan di saat mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan sekalipun keadaan itu merugikan kepentinganmu.” (HR Imam Muslim dan An-Nasa’i).10
b.    Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya.
c.    Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi.
d.    Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya penyimpangan oleh bawahan.

E.    Kelebihan Dan Kekurangan Kepemimpinan Otokratis
Adapun kelebihan dan kekurangan dari kepemimpinan otokratis yaitu sebagai berikut: 21
-       Kelebihan : [30]
a.    Tujuan lebih mudah dicapai, karena hanya mengadopsi kepentingan satu orang.
b.    Dengan alasan yang sama, tidak pernah terjadi konflik kepentingan dalam organisasi.
c.    Pengambilan keputusan mudah dilakukan.
-       Kekurangan :
a.    Anggota organisasi tidak bisa berinovasi, minim kreasi.
b.    Anggota organisasi tidak bisa menyampaikan pendapatnya dan tidak memiliki posisi tawar dalam pengambilan keputusan.
c.    Pemimpin terlalu berkuasa, sehingga biasanya sering terjadi abuse of power. 21[31]
-       Untung rugi gaya otoriter adalah :
1.    Kecepatan dan ketegasan dalam membuat keputusan dan bertindak.
2.    Produktivitas dapat meningkat.
3.    Suasana kerja yang kaku, tegang, dan mencekam yang dapat berakibat ketidakpuasan karyawan, permusuhan, pindah, dan mutu kerja berkurang.
4.    Lebih cocok pada organisasi dalam keadaan darurat.22

F.    Contoh Sejarah Pemimpin Otokratis
Pemimpin Otoriter menganut paham bahwa dirinya adalah segalanya. Pemimpin yang membuat aturan dan orang-orang didalam organisasinya harus mematuhi apapun yang dikehendaki dan menjadi keputusannya.

Moammar Khadafi dari Libya dan Louis XIV dari Perancis adalah sedikit contoh pemimpin yang memiliki tipe otoriter dalam memegang wewenang dan kekuasaannya. Ucapan Louis XIV, “L’etat ces moi” yang sangat terkenal itu menunjukkan betapa arogannya penguasa yang satu ini. Yang menganggap bahwa negara adalah dirinya. Bahwa apa yang menjadi keinginannya itulah yang berlaku sebagai hukum yang harus dipatuhi dan dilaksanakan di negara Perancis saat itu. Demikian halnya dengan Moammar Khadaffi yang menganggap Libya adalah keluarga miliknya, dan dia adalah pemimpin keluarga tesebut.21[32]
G.  Tips Bagi Seorang Pemimpin Dalam Pelayanan Kesehatan
Batalden dan Vorlicky (1990) mengemukakan bahwa terdapat 14 tips yang harus menjadi perhatian bagi seorang pemimpin yang mempunyai wawasan mutu dalam pelayanan kesehatan, yaitu: 8[33]
1.      Bangun secara tetap tujuan pelayanan dalam organisasi.
2.      Terima atau adopsi filosofi baru.
3.      Gunakan metode saintifik untuk menentukan mutu sarana yang ada, lakukan tindakan perbaikan yang dibutuhkan seluruh tugas dan cari bukti-bukti dari akibat yang ditimbulkan sebagai hasil dari pembiayaan yang tidak benar atau registrasi yang tidak lengkap.
4.      Biaya yang dikeluarkan tidak akan ada artinya tanpa mutu pelayanan yang baik.
5.      Tingkatkan sistem produksi dan pelayanan secara terus-menerus untuk jangka waktu lama.
6.      Jadwal ulang pelatihan.
7.      Tingkatkan supervisi.
8.      Hilangkan perbedaan (kastanisasi) yang ada dalam organisasi, hentikan gosip, dan tidak menyalahkan staf/karyawan membabi buta.
9.      Hilangkan hambatan di antara bagian yang ada dan tingkatkan kerja sama lintas program.
10.  Hilangkan slogan-slogan yang ada dan sejak staf/karyawan untuk bekerja lebih baik.
11.  Eliminasi standar kerja berdasarkan kuota.
12.  Laksanakan program pelatihan (in-service-training) dalam menggunakan piranti statistik.
13.  Rancang kembali program khusus pelatihan dalam hal keterampilan baru.
14.  Timbulkan minat pada level manajemen puncak yang setiap harinya akan peduli 13 poin yang sudah dikemukakan di atas. 8[34]























BAB III
 SOAL LATIHAN

1.        Apa pengertian Tipe Kepemimpinan Otokratis ?
Jawab : Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
2.        Bagaimana ciri – ciri kepemimpinan otokratis ?
Jawab : a). Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, b). Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, c). Berambisi untuk merajai situasi, d). Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, e). Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, f). Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, g). Adanya sikap eksklusivisme, h).Selalu ingin berkuasa secara absolut, i). Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, j). Pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
3.        Bagaimana gaya kepemimpinan otokratis menurut teori X ?
Jawab : Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan dan lebih suka dipimpin dari pada memimpin.
a.         Diktator yaitu gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan teori X.
b.      Autokratis pada dasarnya hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari teori X.
4.        Bagaimana perilaku tipe pemimpin otokratis ?
Jawab : a). Mempraktekkan komunikasi satu arah (one way traffic of communication).
B). Pengawasan kepada anak buah ketat.
C). Saran, pertimbangan, pendapat dari bawahan tertutup sama sekali.
5.        Bagaimana kekurangan dan kelebihan serta untung rugi tipe kepemimpinan otokratis?
Jawab : Kelebihan : Tujuan lebih mudah dicapai karena hanya mengadopsi kepentingan satu orang, Dengan alasan yang sama tidak pernah terjadi konflik kepentingan dalam organisasi, Pengambilan keputusan mudah dilakukan.
-          Kekurangan : Anggota organisasi tidak bisa berinovasi, minim kreasi, Anggota organisasi tidak bisa menyampaikan pendapatnya dan tidak memiliki posisi tawar dalam pengambilan keputusan, Pemimpin terlalu berkuasa, sehingga biasanya sering terjadi abuse of power.
-          Untung rugi gaya otoriter adalah : Kecepatan dan ketegasan dalam membuat keputusan dan bertindak, Produktivitas dapat meningkat, Suasana kerja yang kaku, tegang, dan mencekam yang dapat berakibat ketidakpuasan karyawan, permusuhan, pindah, dan mutu kerja berkurang serta Lebih cocok pada organisasi dalam keadaan darurat.















BAB IV
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti bimbing atau tuntun, dengan begitu di dalam terdapat dua pihak yaitu yang dipimpin (rakyat) dan yang memimpin (imam). Setelah ditambah awalan “pe” menjadi “pemimpin” (leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan kominikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dan setelah ditambah akhiran “an” menjadi “pimpinan” artinya orang yang mengepalai. Apabila dilrengkapi dengan awalan “ke” menjadi “kepemimpinan” (leadership) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakuakan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok (Inu Kencana, 2003). Jadi kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Miftah, 1997).
Kepemimpinan secara otokratis adalah kepemimpinan yang cara memimpinnya menganggap organisasi sebagai miliknya sendiri. Sehingga seorang pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap para anggota organisasinya dan menganggap mereka itu sebagai bawahannya dan merupakan alat atau mesin, tidak diperlakukan sebagaimana manusia. Bawahan hanya menurut dan menjalankan perintah atasannya serta tidak boleh membantah, karena pimpinan tidak mau menerima kritik, saran dan masukan. Tipe kepemimpinan otokratis adalah kepemimpinan yang sama dengan tipe otoriter, yang mana dari kepemimpinan ini, bawahan tidak berhak menyampaikan saran, pendapat, dan kritik. Dalam kepemimpinan ini seorang pemimpin menganggap dirinya adalah segala-galanya yang memiliki kekuasaan dan kewenangan atas anak buah sesuai dengan kehendaknya.
Kepemimpinan ini lebih identik dengan system satu orang yang berkuasa, yang berhak menentukan kebijakan, berhak dalam mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan dalam organisasi. Kepemimpinan ini hanya dibatasi dengan undang-undang saja.


B.       Saran
Sebaiknya dalam memimpin suatu organisasi kita tidak menggunakan tipe kepemimpinan otokrasi karena tipe ini hanya berpusat kepada satu orang sehingga komunikasi antara bawahan dan atasan tidak berjalan lancar. Sehingga dalam kepemimpinanpun jarang sekali tipe ini berhasil untuk memajukan suatu organisasi atau perusahaan, karena pemimpin dalam tipe ini hanya memperhatikan keputusannya sendiri, tanpa mendengarkan saran dan kritik dari bawah.


[1]Baihaqi, Muhammad Fauzan. 2010. Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening. Semarang : UNDIP
1 Baihaqi, Muhammad Fauzan.” Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening”. Semarang : UNDIP. 2010.
[2] M. Fais Satrianegara & Sitti Saleha.. Buku Ajar:Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan. (Jakarta : Salemba Medika, 2009), hal.33


[3] Junita, Rita. 29 Mei 2012. http://www.kabarpendidikan.blogspot.com. Dasar-Dasar Manajemen.  Pekanbaru.
[4] Mamduh M. Hanafi.  Cetakan Pertama. Manajemen.. (Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan, 1999), hal.362
[5] S. Suarli dan Yayan Bahtiar. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. (Jakarta : Penerbit Erlangga. 2012), hal.20.

1 Baihaqi, Muhammad Fauzan. 2010. Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening. Semarang : UNDIP.
3Junita, Rita. 29 Mei 2012. http://www.kabarpendidikan.blogspot.com. Dasar-Dasar Manajemen.  Pekanbaru.


6 PM Senge - Harvard Business Review, 1997 - nextreformation.com Communities of leaders and learners
[7] Elaine La Monica Rigolosi . Third Edition. Manajemen and leadership in nursing and health care. (LLC : Springer Publishing Company. 2012), hal.94.
7 Elaine La Monica Rigolosi. Third Edition. Manajemen and leadership in nursing and health care. (LLC : Springer Publishing Company, 2012), hal.94
5S. Suarli dan Yayan Bahtiar. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2012), hal.20.
2M. Fais Satrianegara & Sitti Saleha. Buku Ajar:Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan. (Jakarta : Salemba Medika, 2009), hal.35
[8] Bustami MS. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya. (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2011), hal.112.

[9] Suyanto. Cetakan Ketiga. Mengenal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit. (Jogyakarta : Mitra Cendikia Press., 2009),  hal. 96.
[10] Heri Mohammad. 44 Teladanan Kepemimpinan Muhammad. (Bandung : Gema Insani, 2010), hal.49
10 Heri Mohammad, Heri. 44 Teladanan Kepemimpinan Muhammad. (Bandung : Gema Insani, 2010), hal. 49
[11] Eddy Madiono Sutanto et al. 2000. Peranan Gaya Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegairahan Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo. Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra.
9 Suyanto. Cetakan Ketiga. Mengenal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit. (Jogyakarta : Mitra Cendikia Press, 2009), hal. 96-97

9 Suyanto. Cetakan Ketiga. Mengenal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit. (Jogyakarta : Mitra Cendikia Press, 2009), hal. 96-97

1 Baihaqi, Muhammad Fauzan. 2010. Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening. Semarang : UNDIP.
12 M. Nursalam. Edisi 2. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. (Jakarta : Penerbit Salemba Medika, 2007), hal. 64
4  Mamduh M. Hanafi.  Cetakan Pertama. Manajemen.. (Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan, 1999), hal.362
2 M. Fais Satrianegara & Sitti Saleha. Buku Ajar:Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan. (Jakarta : Salemba Medika, 2009), hal. 36.
[14]

7 Elaine La Monica Rigolosi . Third Edition. Manajemen and leadership in nursing and health care. (LLC : Springer Publishing Company, 2012), hal.83
13 James A.F Stoner, et al. Edisi II. Management. (Indonesia : Aditya Media, 1996), hal.162
5 S. Suarli dan Yayan Bahtiar. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2012), hal.20-23
3 Junita, Rita. 29 Mei 2012. http://www.kabarpendidikan.blogspot.com. Dasar-Dasar Manajemen.  Pekanbaru.

3 Junita, Rita. 29 Mei 2012. http://www.kabarpendidikan.blogspot.com. Dasar-Dasar Manajemen.  Pekanbaru.

3 Junita, Rita. 29 Mei 2012. http://www.kabarpendidikan.blogspot.com. Dasar-Dasar Manajemen.  Pekanbaru.
11 Eddy Madiono Sutanto et al. 2000. Peranan Gaya Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegairahan Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo. Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra.

1 Baihaqi, Muhammad Fauzan. 2010. Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening. Semarang : UNDIP.
9 Suyanto. Cetakan Ketiga. Mengenal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit. (Jogyakarta : Mitra Cendikia Press, 2009), hal.103-104
14 DR. A.B. Susanto dan R. Masri Sareh Putra. 60 Management Gems: Applying Managemen Wisdom In Life. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal.15
14 DR. A.B. Susanto dan R. Masri Sareh Putra. 60 Management Gems: Applying Managemen Wisdom In Life. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal.16
5 S. Suarli dan Yayan Bahtiar. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2012), hal.26
15 Lamonica, Ellaine Lynne. Nursing Leadership And Management. (USA : Jones And Bartlett Publisher, 1944), hal.68
15 Ellaine Lynne Lamonica. Nursing Leadership And Management. (USA : Jones And Bartlett Publisher, 1944), hal.68
12 M. Nursalam. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Penerbit Salemba Medika, 2007. Edisi 2), hal.65
11 Eddy Madiono Sutanto et al. 2000. Peranan Gaya Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegairahan Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo. Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra.


11 Eddy Madiono Sutanto et al. 2000. Peranan Gaya Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegairahan Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo. Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra.

11 Eddy Madiono Sutanto et al. 2000. Peranan Gaya Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegairahan Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo. Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra.
16 Moesadin Malik. 2011.  Manajemen Umum. Pusat Pengembangan Daya Ajar UMB.

3Junita, Rita. 29 Mei 2012. http://www.kabarpendidikan.blogspot.com. Dasar-Dasar Manajemen.  Pekanbaru.
6 PM Senge - Harvard Business Review, 1997 - nextreformation.com Communities of leaders and learners.

18 Inaya. Mei 2011. Pemimpin Yang Demokratis vs Otoriter Dan Pengaruhnya. http://zaharabilqis.blogspot.com/

18 Inaya. Mei 2011. Pemimpin Yang Demokratis vs Otoriter Dan Pengaruhnya. http://zaharabilqis.blogspot.com/
14 DR. A.B. Susanto dan R. Masri Sareh Putra. 60 Management Gems: Applying Managemen Wisdom In Life. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal.16-17
5 S. Suarli dan Yayan Bahtiar. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2012), hal.24

12 M. Nursalam. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Penerbit Salemba Medika, 2007. Edisi 2), hal.68.

12 M. Nursalam.. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. (Jakarta : Penerbit Salemba Medika, 2007. Edisi 2), hal.68.
4 Mamduh M Hanafi . Manajemen. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan, Cetakan Pertama. 1999), hal.370
1 Baihaqi, Muhammad Fauzan. 2010. Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening. Semarang : UNDIP.


3Junita, Rita. 29 Mei 2012. http://www.kabarpendidikan.blogspot.com. Dasar-Dasar Manajemen.  Pekanbaru.

10 Heri Mohammad, Heri. 44 Teladanan Kepemimpinan Muhammad. (Bandung : Gema Insani, 2010), hal. 55

22 M. Fais Satrianegara. Buku Ajar : Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. (Untuk kalangan sendiri,2008), hal.54

8 Bustami MS. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya. (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2011), hal.116-119


8 Bustami MS. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya. (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2011), hal.116-119

Tidak ada komentar:

Posting Komentar