BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perubahan
lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut setiap
organisasi untuk bersikap lebih responsif agar sanggup bertahan dan terus
berkembang. Untuk mendukung perubahan organisasi tersebut, maka diperlukan
adanya perubahan individu. Proses menyelaraskan perubahan organisasi dengan
perubahan individu ini tidaklah mudah. Pemimpin sebagai panutan dalam
organisasi, sehingga perubahan harus dimulai dari tingkat yang paling atas
yaitu pemimpin itu sendiri. Maka dari itu, organisasi memerlukan pemimpin
reformis yang mampu menjadi motor penggerak yang mendorong perubahan
organisasi.
Sampai
saat ini, kepemimpinan masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan diteliti,
karena paling sering diamati namun merupakan fenomena yang sedikit dipahami.
Fenomena gaya kepemimpinan di Indonesia menjadi sebuah masalah menarik dan
berpengaruh besar dalam kehidupan politik dan bernegara. Dalam dunia medis,
gaya kepemimpinan berpengaruh kuat terhadap jalannya organisasi dan
kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan sangat strategis dan penting
dalam sebuah organisasi sebagai salah satu penentu keberhasilan dalam
pencapaian misi, visi dan tujuan suatu organisasi. Maka dari itu, tantangan
dalam mengembangkan strategi organisasi yang jelas terutama terletak pada
organisasi di satu sisi dan tergantung pada kepemimpinan. [1]
Menarik
untuk dicatat bahwa salah satu alasan mengapa munculnya kepemimpinan itu
menjadi sebuah topik yang cukup penting di sini karena didasarkan pada tradisi
politik suatu negara. Hampir semua negara barat yang mempraktikkan proses
politik yang demokratis memungkinkan setiap orang untuk mencapai posisi-posisi
yang memiliki tanggung jawab. Orang tersebut tidak memerlukan banyak kekayan,
teman-teman pribadi, atau tradisi kekeluargaan untuk memperoleh kekuasaan. Oleh
karena itu, studi tentang bagaimana orang-orang ini memperoleh posisi tersebut
menjadi sangat penting. Ada dua isu yang sangat penting untuk didiskusikan
yaitu pertama, berpusat pada pertanyaan mengapa seseorang itu menginginkan
untuk menjadi pemimpin dan kedua, identifikasi apa saja yang harus dilakukan
seseorang untuk memperoleh posisi tersebut.
Sudah
jelas bahwa posisi pemimpin dapat memberikan keuntungan-keuntungan ekonomis
yang lumayan. Dalam beberapa organisasi/perusahaan, pemimpin puncak itu dapat
menerima penghasilan 10-15 kali lipat dari penghasilan para karyawan tingkat
terbawah. Dan masih ada lagi penghargaan-penghargaan lain untuk pemegang
jabatan ini. Makin tinggi jabatan seseorang dalam organisasi makin banyak input
atau dampak yang dimilikinya terhadap kebijaksanaan organisasi. Jadi banyak
kemungkinan munculnya perasaan keberhasilan dan kesuksesan yang lebih besar
buat mereka ini. Akan tetapi, harus diingat bahwa keinginan untuk menjadi
pemimpinan saja tidak cukup. Ada beberapa watak dan karakteristik yang lebih
memungkinkan seseorang untuk mencapai jabatan pemimpin.
Kepemimpinan
adalah proses yang sangat penting dalam setiap organisasi karena kepemimpinan
inilah yang akan menentukan sukses atau gagalnya sebuah organisasi. Jika
perusahaan, rumah sakit, universitas atau tim atletik mengalami kesuksesan,
maka direktur, rektor, atau pelatihlah yang memperoleh acungan jempol. Akan
tetapi, sebaliknya, jika terjadi kegagalan, mereka pulalah yang memperoleh
teguran, kritik, atau bahkan diganti. Jadi salah satu elemen pokok yang menjadi
perhatian setiap organisasi yaitu bagaimana caranya untuk menarik, melatih atau
mempertahankan orang – orang yang akan menjadi pemimpin – pemimpin yang
efektif.[2]
Begitu
pentingnya peran kepemimpinan dalam sebuah organisasi menjadi fokus yang
menarik perhatian para peneliti bidang perilaku keorganisasian. Bass (1990)
menyatakan bahwa kualitas dari pemimpin sering kali dianggap sebagai faktor
terpenting yang menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi. Schein
(1992), Nahavandi & Malekzadeh (1993) serta Kouzes & Posner (1987) juga
menyatakan bahwa pimpinan mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan
organisasi. Porter (1996) dalam Sunarsih (2001). Green Berg dan Baron (2000 :
444) dalam Sunarsih (2001) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan
suatu unsur kunci dalam keefektifan organisasi.1
Organisasi membutuhkan
seorang pemimpin, sebab pemimpin itulah sosok penggerak dan inspirator dalam
merancang dan mengerjakan kegiatan. Pemimpin tidak hanya seorang
manajer, ia
juga harus seorang pembangun mental, moral spirit, dan kolektivitas kepada
jajaran bawahannya. Seorang pemimpin seyogyanya tidak hanya menggunakan aturan
tertulis, tapi juga sikap perilaku, sepak terjang, dan keteladanan dalam
melakukan agenda transformasi kearah yang lebih baik. [3]
Pemimpin
atau kepemimpinan merupakan variabel yang erat kaitannya dengan tugas manajer.
Manajer diharapkan mampu memimpin organisasinya dengan baik. Meskipun demikian
pemimpin dengan manajer mempunyai pengertian yang berbeda. Seorang manajer yang
baik belum tentu merupakan pemimpin yang baik, dan sebaliknya. Idealnya,
manajer yang baik juga merupakan pemimpin yang baik. [4]
Manajer
adalah seorang yang mempunyai wewenang untuk memerintah orang lain. Seorang
manajer dalam menjalankan pekerjaan dan tanggung jawabnya menngunakan bantuan
orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, ia
perlu memimpin pegawai, karyawan, pekerja, atau apapun sebutannya. Tidak setiap
orang yang ditunjuk menjadi pemimpin bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik.
Selain itu, tidak setiap pemimpin dapat menjadi pemimpin yang baik.
Banyak
pendapat yang berbeda – beda tentang apa yang dimaksud dengan pemimpin yang
baik. Demikian juga tentang apa yang menjadi kewajiban setiap pemimpin. Namun demikan, dapat diambil inti
persamaanya, yaitu bahwa setiap pemimpin mempunyai kewajiban untuk mencapai
tujuan organisasi/institusi dan memberi perhatian terhadap kebutuhan pegawai
bawahannya. [5]
Kepemimpinan
memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen organisasi. Kepemimpinan
dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasan-keterbatasan tertentu pada diri
manusia. Dari sinilah timbul kebutuhan untuk memimpin dan dipimpin.
Kepemimpinan didefinisikan ke dalam ciri-ciri individual, kebiasan, cara mempengaruhi
orang lain, interaksi, kedudukan dalam oragnisasi dan persepsi mengenai
pengaruh yang sah.
Kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan dengan
antusias (David, Keith, 1985). Menurut Veitzhal Rivai (2004), kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh kepada pengikut-pengikutnya
lewat proses komunikasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Menurut Achmad
Suyuti (2001) yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah proses mengarahkan,
membimbing dan mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang
lain untuk digerakkan ke arah tujuan tertentu.
Gaya
kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan
tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin.
Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu.
Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang
disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995) yang menyatakan bahwa pola tindakan
pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan.
Gaya kepemimpinan mewakili filsafat, ketrampilan, dan sikap pemimpin dalam
politik. Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan
tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu
(Heidjrachman dan Husnan, 2002:224). Sedangkan menurut Tjiptono (2001:161),
gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam
berinteraksi dengan bawahannya.
Pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku
(kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh
orang lain (Hersey, 2004:29).1
Dalam
menjalankan kepemimpinan, antara pemimpin satu dan lainnya tidaklah selalu sama
bahkan berbeda. Sehingga para pemipin mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda
beda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu perlu kiranya bagi
seorang calon pemimpin mengetahui tipe-tipe kepemimpinan supaya ia dapat
mengetahui berbagai tipe dan[6]dapat
menentukan tipe mana yang efektif dijalankan dalam sebuah lembaga tertentu. Dan
perlu kiranya mengetahui kepemimpinan yang sesuai. Dalam paper ini kami akan
membahas tentang tipe kepemimpinan otokratis. 3
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
konsep dasar kepemimpinan ?
2.
Bagaimana Tipe Kepemimpinan Otokratis ?
3.
Bagaimana
ciri – ciri kepemimpinan otokratis ?
4.
Bagaimana
gaya kepemimpinan otokratis menurut para ahli ?
5.
Bagaimana
perilaku tipe pemimpin otokratis ?
6.
Bagaimana
kekurangan dan kelebihan serta untung rugi tipe kepemimpinan otokratis?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui konsep dasar kepemimpinan.
2.
Untuk
mengetahui pengertian dari tipe kepemimpinan otokratis.
3. Untuk
mengetahui ciri-ciri dari kepemimpinan otokratis.
4. Untuk
mengetahui tipe kepemimpinan otokratis menurut para ahli.
5. Untuk mengetahui perilaku pemimpin otokratik.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan serta untung
rugu tipe kepemimpinan otokratik.
D. Mamfaat
Adapun
manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak manajemen kampus maupun rumah
sakit dalam melakukan strategi yang tepat untuk dapat meningkatkan kinerja dan kepuasan
kerja karyawannya terutama dengan menggunakan gaya kepemimpinan dan menciptakan
komitmen organisasi dengan tepat.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
melengkapi bahan penelitian selanjutnya dalam rangka menambah khasanah akademik
sehingga berguna untuk pengembangan ilmu, khususnya bidang Manajemen Sumber
Daya Manusia.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
I. KERANGKA
TEORI
A. Pengertian Kepemimpinan
Secara
etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” (lead)
berarti bimbing atau tuntun, dengan begitu di dalam terdapat dua
pihak yaitu yang dipimpin (rakyat) dan yang memimpin (imam). Setelah ditambah
awalan “pe” menjadi “pemimpin” (leader) berarti orang yang
mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan kominikasi sehingga orang
lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dan setelah
ditambah akhiran “an” menjadi “pimpinan” artinya orang yang mengepalai. Apabila
dilengkapi dengan awalan “ke” menjadi “kepemimpinan” (leadership)
berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi
serta membujuk pihak lain agar melakuakan tindakan pencapaian tujuan bersama,
sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat
proses kelompok (Inu Kencana, 2003). Jadi kepemimpinan adalah aktivitas untuk
mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu (Miftah, 1997).
Kepemimpinan
diartikan sebagai kemampuan menggerakkan atau memotivasi sejumlah orang agar
secara serentak melakukan kegiatan yang sama dan terarah pada pencapaian
tujuannya (Nawawi dan M. Martin, 1995).
Seiring
dengan pengertian di atas, pemimpin adalah orang yang mempunyai wewenang dan
hak untuk memepengaruhi orang lain, sehingga mereka berprilaku sebagaimana yang
dikehendaki oleh pemimpin tersebut melalui kepemimpinannya.6
Bass (2008), Bass dan
Stogdill (1990) serta Nonthouse (2012) dengan kemampuannnya telah mencatat
bahwa ada beragam defenisi kepemimpinan, mereka hanya sebagian orang yang telah
memberi arti defenisi dalam konsep.
[7]
Menurut
sejarah, kepemimpinan telah dipertimbangkan untuk menjadi watak kepribadian,
pemimpin dilahirkan, dan tidak dibuat. Tindakan mempengaruhi orang lain,
mengajak, mengacu pada orang lain, dan orang yang fokus dalam proses kelompok
kemudian menjadi gaya yang bisa menjadi dasar dalam sebuah kepribadian, serta
dapat berpikir sosial.
Gulliani
dan Kurson (2007) mencatat bahwa pemimpin tidak semudah yang dilihat, mereka
berfikir, belajar, dan menjadi pengemban. Hesselbein dan Cohen (1999)
menyatakan bahwa pemimpin harus menjadi penengah dan pemersatu, mereka harus
membangun jembatan dan sukses menampung
usaha-usaha dari para pengikutnya. Maka dari itu, mereka menyatakan bahwa
kepemimpinan adalah sebuah persoalan bagaimana menjadi bukan apa yang
dilakukan. Secara jelas, defenisi dari kepemimpinan merupakan gabungan dari
beberapa karakteristik (Welford,2002). 7
Kepemimpinan adalah kemampuan
memberi inspirasi kepada orang lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok,
agar dapat mencapai suatu tujuan umum. Pengertian lain mengenai kepemimpinan
adalah segala hal yang bersangkutan dengan pemimpin dalam hal menggerakkan,
membimbing, dan mengarahkan orang lain agar melaksanakan tugas dan mewujudkan
sasaran yang ditetapkan (LAN RI : 1996).5
Menurut Robbins (1993) kepemimpinan
itu didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk memengaruhi sebuah kelompok
menuju kepada pencapaian tujuan kelompok tersebut.2
Kepemimpinan adalah penggunaan
keterampilan seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya (Sullivan & Decker, 1989).
Kepemimpinan merupakan kemampuan
untuk membangkitkan semangat (motivasi) orang lain agar bersedia dan memiliki
tanggung jawab penuh terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi
(Goetsch & Davis).
Kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain agar mereka mau
berbuat dan berprilaku sebagaimana yang diharapkan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan (Pusdiklat Kesehatan Depkes RI, 1999). [8]
Kepemimpinan merupakan interaksi
antar kelompok dan proses mempengaruhi kegiatan suatu organisasi dalam mencapai
tujuan. Kepemimpinan adalah proses interpersonal yang mempengaruhi kegiatan
orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan.
Berdasarkan pandangan tersebut diatas,
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan dan kesiapan yang
dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar dapat berbuat sesuatu
untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan dalam keperawatan
merupakan kemampuan dan keterampilan seorang pemimpin perawat dalam
mempengaruhi perawat lain dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga
tujuan keperawatan tercapai.[9]
Kepemimpinan dalam pandangan
Islam merupakan amanah dan tanggung jawab yang tidak hanya
dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan
dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Jadi, pertanggungjawaban
kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia,
tetapi bersifat vertikal-moral, yakni tanggung jawab kepada Allah SWT di
akhirat.
Kata kuncinya adalah kepemimpinan
melekat kepada masing-masing individu, sesuai dengan tingkat kepemimpinannya.
Setiap orang adalah pemimpin, minimal untuk dirinya sendiri.
Kepemimpinan sebenarnya bukanlah
sesuatu yang menyenangkan, tetapi merupakan tanggung jawab sekaligus amanah
yang amat berat dan harus diemban sebaik-baiknya. Hal tersebut dijelaskan dalam
Al Qur’an surat Al-Mu’minun yang Artinya:
“Dan
orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji mereka
dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka Itulah orang-orang yang akan
mewarisi surga Firdaus, mereka kekal di dalamnya”(Q.S.al-Mukminun 8-11).
Selain dalam Al Qur’an Rasulullah
SAW juga mengingatkan dalam Haditsnya agar dapat menjaga amanah kepemimpinan,
sebab hal itu akan dimintai pertanggungjawaban baik di dunia maupun dihadapan
Allah SWT. Hal itu dijelaskan dalam Hadits berikut:[10]
Artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Imam adalah pemimpin dalam keluarganya, bertanggung jawab tentang kepemimpinanya. Laki-laki itu pemimpin, bertanggung jawab tentang kepemimpinannya. Wanita itu pemimpin dalam rumah tangganya, dan bertanggung jawab tentang kepemimpinannya. Khadam itu pemimpin bagi harta majikannya, bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya.” (H. R. Bukhori).10
B.
Fungsi
Kepemimpinan Dan Tugas Pimpinan
Yaitu fungsi yang dilaksanakan
oleh pemimpin di lingkungan kelompoknya agar secara operasional berhasil guna.
Seorang pemimpin mempunyai dua fungsi yaitu: fungsi yang berkaitan dengan tugas
dan fungsi sosial/pemeliharaan kelompok. Fungsi yang berkaitan dengan tugas
dapat meliputi pemberian perintah, pemberian saran pemecahan dan menaw[11]arkan
informasi serta pendapat. Sedangkan fungsi pemeliharaan kelompok/fungsi sosial
meliputi semua hal yang membentuk kelompok dalam melaksanakan tugas operasinya
untuk mencapai tujuan dan sasaran. Sebagai suatu misal persetujuan dengan
kelompok lain, menengahi ketidaksepakatan kelompok dan sebagainya. Pemimpin
yang berhasil menjalankan kedua fungsi tersebut dengan baik adalah pemimpin
yang berhasil.11
Dilihat dari sudut orientasi maka
fungsi dan tugas pimpinan terbagi dalam orientasi tugas dan hubungan antar
manusia (HAM).9
1.
Orientasi
Tugas
a.
Merencanakan
dan mengorganisir kegiatan.
b.
Menyediakan
informasi yang diperlukan oleh atasan maupun staf.
c.
Membuat
pengawasan, memberi pengarahan dan bimbingan.
d.
Bertanggung
jawab atas pekerjaanya dan pekerjaan orang lain.
e.
Mendukung
kerjasama dan partisipasi staf.
f.
Mengevaluasi
hasil dan menganalisa kekuatan dan kelemahan staf.
2.
Orientasi
HAM
a.
Memberi
dorongan dengan sikap bersahabat.
b.
Mengungkapkan
perasaan yang dialami.
c.
Mendamaikan
/ mempertemukan pendapat yang berbeda, menyelesaikan konflik.
d.
Memperlancar
urusan dengan sebaik-baiknya.
e.
Menentukan
aturan main.
Kemudian berdasarkan orientasi
fungsi dan tugas pemimpin tersebut, maka aktifitas kepemimpinan dapat
digolongkan dalam empat aspek yaitu : 9
1.
Memberikan
pengarahan.
2.
Melakukan
supervisi.
3.
Melakukan
koordinasi.
4.
Memberikan
motivasi.[12]
C.
Teori
Dasar Dalam Kepemimpinan
Teori-teori
yang membahas kepemimpinan dapat dirangkum dalam tiga macam yaitu :
a.
Teori
Bakat
Teori
bakat berusaha mengidentifikasi karakteristik pribadi dari seorang pemimpin.1
Teori ini
menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin dibawa sejak lahir
bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat
mereka lebih baik dari orang lain. Teori ini disebut dengan “Great Man Theory”. Banyak penelitian
tentang riwayat kehidupan Great Man
Theory. Tetapi menurut teori kontemporer, kepemimpinan seseorang dapat
dikembangkan bukan hanya dari pembawaan sejak lahir, dimana teori trait mengabaikan
dampak atau pengaruh dari siapa yang mengasuh, situasi dan lingkungan lainnya.
Teori ini
mengidentifikasi karakteristik umum tentang intelegensi, personaliti, dan
kemampuan (perilaku). [13]
b.
Teori
Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan memfokuskan pada
perilaku apa yang dipunyai oleh pemimpin, yang membedakan dirinya dari
non-pemimpin.
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang
dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manager menjalankan fungsinya.
Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari sebuah perilaku otoriter ke
demokratik atau fokus suatu produksi ke fokus pegawai.
Menurut Vestal (1994) teori perilaku ini dinamakan
dengan gaya kepemimpinan seorang manager dalam suatu organisasi.12
c.
Teori
Situasi
Penelitian-penelitian terdahulu yang mencoba melihat
karkteristik dan gaya kepemimpinan tidak dapat menemukan karakteristik atau
gaya yang berlaku untuk semua situasi. Situasi dengan demikian memainkan
peranan penting dalam efektifitas kepemimpinan. 4
Teori
lain dalam kepemimpinan yaitu : 2[14]
a.
Teori Genetis (Keturunan)
Inti
dari teori ini menyatakan bahwa “leader are born and not
made” (pemimpin
itu dilahirkan sebagai bakat dan bukannya dibuat). Para penganut aliran teori
ini berpendapat bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah
dilahirkan dengan bakat kepemimpinannya. Dalam keadaan yang bagaimanapun
seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali
kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara
filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.
b.
Teori Sosial
Jika teori pertama di atas adalah teori
yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi
lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “leader are made and not
born” (pemimpin itu dibuat atau dididik dan bukannya kodrati). Jadi teori
ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini
mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi
pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis
Kedua
teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai
reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang
disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil
menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat
tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman
yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan
segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan
teori yang paling mendekati kebenaran.
Teori kepemimpinan menurut Ohio State Model
(Bass,2008 ; Bass & Stogdill,1990; Fleischman,1998), Situasional Leadership
Chersey ( Blanchard dan Johnson, 2008), The Leadership Grid (Blake &
McConse,1991) dan Gaya Umum Perilaku Pemimpin :7
D. Kriteria Pemimpin
Dalam mencari sifat/kriteria
kepemimpinan yang dapat diukur, para peneliti mengambil dua pendekatan yaitu :13[15]
1.
Membandingkan
sifat orang yang tampil sebagai pemimpin dengan orang yang tidak menjadi
pemimpin.
2.
Membandingkan
sifat pemimpin efektif dengan pemimpin yang tidak efektif.
Dari daftar kewajiban yang harus
dilakukan oleh seorang pemimpin, paling sedikit ia harus mampu untuk memimpin
para pegawai/bawahan untuk mencapai tujuan institusi dan harus mampu untuk
menangani hubungan antarkaryawan (interpersonal relations). Pemimpin yang
berkualitas harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.
Mempunyai
keinginan untuk menerima tanggung jawab
2.
Mempunyai
kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi introspektif.
3.
Mempunyai
kemampuan untuk menentukan prioritas
4.
Mempunyai
kemampuan untuk berkomunikasi.
RL Khan mengemukakan bahwa
seorang pemimpin menjalankan pekerjaanya dengan baik jika :
1.
Memberikan
kepuasan terhadap kebutuhan langsung para bawahannya.
2.
Menyusun
jalur pencapaian tujuan.
3.
Menghilangkan
hambatan-hambatan pencapaian tujuan.
4.
Mengubah
tujuan karyawan sehuingga tujuan mereka bisa berguna secara organisatoris. 5[16]
E.
Peranan
Pemimpin
Selanjutnya
peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto,
sebagai berikut : 3
1. Sebagai pelaksana (executive).
2. Sebagai perencana (planner).
3. Sebagai seorangahli (expert).
4. Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar
(external group representative).
5. Sebagai pengawas hubungan antar anggota-anggota
kelompok (controller of internal relationship).
6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman
(purveyor of rewards and punishments).
7. Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and
mediator).
8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar).
9. Merupakan lambang dari pada kelompok (symbol of the
group).
10.
Pemegang
tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual
responsibility).
11.
Sebagai
pencipta/memiliki cita-cita (ideologist).
12.
Bertindak
sebagai seorang ayah (father figure).
13.
Sebagai
kambing hitam (scape goat).
F.
Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan
1.
Karateristik
pribadi
Karakter
pimpinan keperawatan sangat berpengaruh terhadap proses kepemimpinan yang
dijalankannya. Berikut adalah beberapa karakter kepemimpinan keperawatan yang
efektif sebagai berikut : 3[17]
a.
Jujur
b.
Terbuka
c.
Terus
Belajar
d.
Enterpreuner
(Wira Usaha)
e.
Disiplin
f.
Intelegen
2.
Kelompok
yang dipimpin
Keberhasilan
seorang pemimpin dalam menjalankan organisasinya dipengaruhi oleh kelompok yang
dipimpinnya. Semakin besar kelompok yang dipimpin semakin sulit menjalankan
kepemimpinan. Oleh karena itu, agar memudahkan proeses kepemimpinan maka perlu
dilakukan pembagian tugas kepemimpinan kepada unit-unit atau tim.
3.
Situasi
yang dihadapi
Beberapa
situasi ruang perawatn berikut ini akan mempengaruhi proses kepemimpinan dalam
pelayanan asuhan keperawatn yaitu :
a.
Kemampuan
dan pengalaman aggota
b.
Peraturan
dan kebijakan rumah sakit.
Dalam
melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz
(1981), yaitu : 3[18]
1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan
harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan
pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2.
Harapan dan
perilaku atasan.
3.
Karakteristik,
harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
4.
Kebutuhan
tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5.
Iklim dan kebijakan
organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6.
Harapan dan
perilaku rekan.
G. Gaya Dan Tipe Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yaitu sikap dan
tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Ada dua macam gaya
kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan. 11
Gaya kepemimpinan pada dasarnya
mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang
pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut
biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya
kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh
Davis dan Newstrom (1995) yang menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara
keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan. Gaya
kepemimpinan mewakili filsafat, ketrampilan, dan sikap pemimpin dalam politik.
Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan
tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu
(Heidjrachman dan Husnan, 2002:224). Sedangkan menurut Tjiptono (2001:161),
gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi
dengan bawahannya. Pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah
pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang
dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004:29).1
Gaya kepemimpinan cenderung
sangat bervariasi dan berbeda-beda yang dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa aspek, yaitu : 9[19]
1.
Aspek
Prilaku :
a.
Kepemimpinan
positif
b.
Kepemimpinan
negaip
2.
Aspek
Kekuasan dan Wewenang :
a.
Otoriter
(otokratik)
b.
Demokratis
c.
Partisipatif
d.
Bebas
tindak (Laissez Faire).
Gaya kepemimpinan adalah
pendekatan dan ragam seorang leader dalam memberikan arahan, implementasi
rencana dan bagaimana memotivasi anak buahnya. Kurt Lewin (1939) yang memimpin
sekelompok peneliti mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. 14
Studi awal ini sangat berpengaruh
dan telah merumuskan tiga gaya kepemimpinan utama. Menurut U. S Army Handbook,
ada tiga gaya kepemimpinan utama yaitu : 14
1.
Otoriter
atau otokratis.
2.
Partisipasi
atau demokrat.
3.
Delegatif
atau pemerintahan bebas.
Di lain
pihak, Gilles mengemukakan ada empat gaya kepemimpinan yaitu otokratis,
demokratis, partisipatif, dan laissez faire.
Selain
beberapa gaya kepemimpinan di atas, ada pula beberapa gaya kepemipinan yang
lain yaitu :
1.
Gaya
/ tipe militeristik.
2.
Gaya
/ tipe paternalistik.
3.
Gaya
/ tipe karismatik.
Selain
itu, dalam buku Creative Edge, William C Miller menguraikan lima gaya
kepemimpinan, yaitu :
1.
Memerintah
(tell)
2.
Membujuk
(sell)
3.
Berkonsultasi
(consult)
4. Meminta partisipasi (participative)
5. Mendelegasikan (delegate).5
Blake dan Moutin (1964,1978)
mengembangkan managerial grid dan sering menggunakannya dalam kepemimpinan
keperawatan. Managerial grid memiliki lima gaya dasar kepemimpinan dalam sebuah
kombinasi untuk kepentingan produksi dan kepentingan orang. Skala untuk setiap
komponen berubah dari 1 (rendah) ke 9 (tinggi). Lima gaya kepemimpinan di
gambarkan sebagai berikut : 15[20]
1.
Authority-Obedience
/ kepatuhan
Pemimpin
berasumsi bahwa sebuah kekuatan posisi didapatkan dengan mengatur kondisi
pekerjaan secara efektif dan mengurangi mengintervensi bagian manusia secara
minimal.
2.
Tim
Orang di komisi untuk menyelesaikan sebuah tugas,
anggota kelompok saling berhubungan dan stiap orang mengambil andil umum.
Hubungan kepercayaan, menghormati dan persamaan adalah keadaan dalam bekerja.
3.
Kelompok
Rekreasi
Pemimpin
membayar dengan penuh perhatian untuk mendapatkan anggota kelompok dan menjaga
kenyamanan, suasana persahabatan dan tempo pekerjaan.
4.
Miskin
dan Lemah
Pemimpin
memberikan usaha minimal dalam menyelesaikan kewajiban bekerja.
5.
Organisasi
Manusia (jalan Tengah)
Pemimpin
menyeimbangkan perilaku yang berhubungan dengan tugas dengan cara mengatur
moral dari anggota kelompok pada sebuah level yang menyenangkan / kepuasan. 15[21]
Menurut
Follet (1940), gaya didefinisikan sebagai hak istimewa yang tersendiri.
Menurut para ahli terdapat
beberapa gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara
lain : 12
a.
Gaya
Kepemimpinan Menurut Tannenbau Dan Warrant H. Schmitdt
Menurut
kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui titik ekstrim
yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan.
b.
Gaya
Kepemimpinan Menurut Likert
Likert
mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu :4 &11
Sistem 1, otoritatif dan
eksploitif :
Manajer membuat semua keputusan
yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk
melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan
oleh manajer.
Sistem 2, otoritatif dan benevolent:
Manajer tetap menentukan
perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan
untuk
memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. Bawahan juga diberi berbagai
fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur
yang telah ditetapkan.
Sistem 3, konsultatif:
Manajer menetapkan tujuan-tujuan
dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan
bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan-keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan
tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman
hukuman.
Sistem 4, partisipatif :
Adalah sistem yang paling ideal
menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan.
Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok.
Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah
mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk
memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan
ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan
dan penting.
c.
Gaya
Kepemimpinan Menurut Teori X Dan Teori Y
Dari
teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat yaitu:[22]
1.
Gaya
kepemimpinan diktator
2.
Gaya
kepemimpinan autokratis
3.
Gaya
kepemimpinan Demokratis
4.
Gaya
kepemimpinan santai.
d.
Gaya
Kepemimpinan Menurut Robert House
Berdasarkan
teori motivasi pengharapan, Robert House mengemukakan empat gaya kepemimpinan
yaitu : 11
1.
Directive
2.
Supportive
3.
Participative
4.
Achievement
oriented
e.
Gaya
Kepemimpinan Menurut Hersey Dan Blanchard
Ciri
–ciri gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard meliputi :
1.
Instruksi
2.
Konsultasi
3.
Partisipasi
4.
Delegasi.
11
W.J.
Redding dalam atikelnya “What Kind of Manager” menentukan watak dan tipe
pemimpin atas tiga pola dasar, yaitu :
- berorientasi tugas (task
orientation)
- berorientasi hubungan kerja
(relationship orientation)
- berorientasi hasil yang efektif
(effective orientation)
Berdasarkan
penonjolan ketiga orientasi tersebut, dapat ditentukan delapan tipe
kepemimpinan, yaitu : [23]
1.
Tipe
deserter (pembelot)
2.
Tipe
borokrat
3.
Tipe
misionaris
4.
Tipe
developer (pembangun)
5.
Tipe
oktokrat
6.
Tipe
Benevolent autocrat (otokrat yang bijak)
7.
Tipe
copromis
8.
Tipe
eksekutif. 16
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan Otokratik
Gaya Kepemimpinan Otoriter /
Authoritarian adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan
kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian
tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut,
sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. 17
Otokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang kekuasaan
politiknya dipegang oleh satu orang. Istilah otokrasi berasal dari bahasa
yunani. Istilah otokratis berasal dari dua kata yaitu: autos dan kratos. Autos
berarti sendiri atau diri pribadi, kratos adalah kekuasaan atau kekuatan. Jadi
otokratis berarti berkuasa sendiri secara mutlak (centre of authority).
Kepemimpinan otokratis merupakan kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang pemimpin
dengan prilaku otoriter. 3[24]
Kepemimpinan
secara otokratis adalah kepemimpinan yang cara memimpinnya menganggap
organisasi sebagai miliknya sendiri. Sehingga seorang pemimpin bertindak
sebagai diktator terhadap para anggota organisasinya dan menganggap mereka itu
sebagai bawahannya dan merupakan alat atau mesin, tidak diperlakukan
sebagaimana manusia. Bawahan hanya menurut dan menjalankan perintah atasannya
serta tidak boleh membantah, karena pimpinan tidak mau menerima kritik, saran
dan masukan.
Tipe
kepemimpinan otokratis ini dapat kita jumpai dalam pemerintahan feodal oleh
kerajaan-kerajaan pada zaman abad pertengahan. Kepemimpinan yang otokratis
biasanya dikendalikan oleh seorang pemimpin yang mempunyai perasaan harga diri
yang sangat tinggi. Bawahannya dianggap bodoh, tidak berpengalaman, dan selayaknya
diperintah sesuka mereka. Dengan egoisme yang sangat tinggi, seorang pemimpin
yang otokratik melihat peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan
organisasional seperti kekuasaan yang tidak perlu dibagi dengan orang lain dalam
organisasi, ketergantungan total para anggota organisasi mengenai nasib
masing-masing dan sebagainya. 6
Gaya
kepemimpinan ini cenderung dapat menurunkan kinerja seseorang karena pemimpin
yang mengambil keputusan dan kebijakan berdasarkan wewenang dia sendiri dan
“bawahannya” harus menuruti atau mengerjakan sesuai dengan perintahnya. Hal ini
sering terjadi di berbagai tempat kerja. Kebanyakan karyawan yang memiliki
pimpinan yang seperti ini tidak mempunyai motivasi yang tinggi untuk
meningkatkan mutu kinerjanya, karena segala apa yang mereka lakukan tidak
jarang tidak memperoleh penghargaan, karena pemimpin mereka cenderung egois
yang hanya mengutamakan kepentingannya tanpa memperhatikan kondisi karyawannya.
Bagi seorang pemimpin yang seperti ini lebih menganggap karyawan-karyawannya
sebagai “bawahan” yang harus menuruti perintah dengan keputusan sepihak. Tetapi
tidak berarti gaya otoriter sepenuhnya dapat menurunkan kinerja, ada juga
seorang karyawan yang dapat termotivasi karena adanya otorisasi. Contohnya
karyawan yang cenderung menunda-nunda pekerjaan dan terlalu menyepelekan tugas,
seorang yang seperti ini tidak jarang perlu pemimpin yang otoriter agar tugas
mereka cepat selesai. 17[25]
Tipe
Otoriter disebut juga tipe kepemimpinan
authoritarian. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai diktator
terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan
memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh
undang-undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan
hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau
mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak.
Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah. Setiap
perbedaan diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan,
pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang
telah diberikan. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga
tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Pengawasan bagi
pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang
telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya. Mereka
melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang–orang yang dianggap
tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang–orang tersebut diancam dengan
hukuman, dipecat, dsb. 18
Sebaliknya, orang–orang yang berlaku taat dan
menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan. Kekuasaan
berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan
untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung. Selain
itu, dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat
apatis.18[26]
Gaya ini
digunakan ketika pemimpin meminta karyawan melakukan apa yang diinginkan dan
memerintahkan bagaimana caranya tanpa meminta petunjuk dari para pengikutnya.
Gaya ini
sebaiknya diterapkan ketika seorang pemimpin memilki semua informasi untuk
memecahkan masalah, mengejar waktu, dan karyawan juga termotivasi. Beberapa
kalangan menerapkan gaya ini sebagai “kendaraan” untuk berteriak, menggunakan
bahasa merendahkan, dan memimpin dengan ancaman dan menyalahgunakan kekuasaan.
Ini adalah gaya profesional kasar. Pemimpin memerintah orang-orang di
sekitarnya dan pantang mengulang apa yang telah diperintahkan. Sekali pemimpin
berkata, yang lain wajib melaksanakannya tanpa banyak bertanya.14
B. Gaya Kepemimpinan Otokratik Menurut Para Ahli
1. Menurut Harris :
Seorang
pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan otokratik menganggap bahwa semua
kewajiban untuk mengambil keputusan, menjalankan tindakan, mengarahkan,
memberikan motivasi, dan mengawasi bawahannya berpusat di tangannya. Pemimpin
seperti ini merasa bahwa hanya ia yang berkompeten untuk memutuskan dan
menganggap bahwa bawahannya tidak mampu untuk mengarahkan diri mereka sendiri.
Di lain pihak, ia mungkin mempunyai alasan-alasan untuk mengambil posisi yang
kuat untuk mengarahkan dan berinisiatif. Seorang otokrat juga mengawasi
pelaksanaan pekerjaan dengan maksud untuk meminimalkan penyimpangan dari arahan
yang ia berikan. 5
2. Menurut Teori X dan Teori Y
Teori X
mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak
mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan dan lebih suka dipimpin
dari pada memimpin.
a. Diktator yaitu gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan
menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk
dari pelaksanaan teori X.
b. Autokratis pada dasarnya hampir sama dengan gaya
kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di
tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga
merupakan pelaksanaan dari teori X.
3. Menurut Ronald Lippits Dan Rapiph K. White
Menurut
Ronald Lippith dan Rapiph K white ciri-ciri gaya kepemimpinan otoriter adalah
sebagai berikut : 12 [27]
a). Wewenang
mutlak berada pada pimpinan.
b).
Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin.
c).
Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pemimpin.
d).
Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan.
e).
Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan
dilakukan secara ketat.
f). Prakarsa
harus selalu berasal dari pemimpin.
g). Tidak
ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat.
h).
Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif.
i). Lebih
banyak kritik daripada pujian.
j). Pemimpin
menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat.
k). Pemimpin
menuntut kesetiaan tanpa syarat.
l).
Cenderung adanyan paksaan, ancaman dan hukuman.
m). Kasar
dalam bersikap
n). Tanggung
jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pemimpin.
4.
Menurut Gillies (1996)
Gaya
kepemimpinan otokratis berdasarkan wewenang dan kekuasaan merupakan
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan. Menggunakan kekuasaan
posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan
dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya pada kepentingan
tugas. Motivasi dengan reward dan punishment.12
5. Menurut Likert :
a. sistem 1
: otoriter-eksploitatif, manajer tipe ini sangat otoriter, mempunyai
kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahannya melalui
ancaman atau hukuman, namun kadang-kadang melalui balsan (reward), komunikasi
yang dilakukan satu arah (kebawah atau to-down), dan membatasi pengambilan
keputusan hanya untuk manajer.
b. sistem 2
: benevolent-autoritative, manajer ini mempercayai bawahan sampai tingkat
tertentu, memotivasi bawahan melalui ancaman dan hukuman meskipun tidak selalu,
membolehkan komunikasi ke atas, memperhatikan ide atau pendapat dari bawahan,
dan mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan meskipun masih melakukan pengawasan
dengan ketat. 4[28]
C. Ciri-Ciri Kepemimpinan Otokratis
Seorang
pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai
berikut: 1
a. Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi.
b. Mengidentikkan tujuan pribadi
dengan tujuan organisasi, menganggap bawahan sebagai alat semata-mata.
c. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat.
d. Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya.
e. Dalam tindakan penggerakannya sering
mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
- Ciri-ciri kepemimpinan otokratis yang lain: 3
1. Memegang kewenangan mutlak (bersikap adigang, adigung,
dan adiguna).
2. Kuasa dipusatkan pada diri pemimpin ( aji mumpung).
3. Merumuskan ide sendiri, rencana dan tujuan.
4. Memilih kebijakan sendiri.
5. Menetapkan keputusan sendiri.
-
Ciri-ciri lain dari kepemimpinan otokratis antara lain
: 19[29]
1.
Mendasarkan
diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi.
2.
Pemimpinnya
selalu berperan sebagai pemain tunggal.
3.
Berambisi
untuk merajai situasi.
4.
Setiap
perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri.
5.
Bawahan
tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang
akan dilakukan.
6.
Semua
pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi.
7.
Adanya
sikap eksklusivisme.
8.
Selalu
ingin berkuasa secara absolut.
9.
Sikap
dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku.
10. Pemimpin ini akan bersikap baik
pada bawahan apabila mereka patuh.
D.
Perilaku Pemimpin Otokratis
Seorang
pemimpin otokratis tampak dari kegiatannya memimpin anak buah. Perilaku itu
akan menunjukkan tipe kepemimpinannya antara lain yaitu: 3
1. Mempraktekkan komunikasi satu arah (one way traffic of
communication).
2. Pengawasan kepada anak buah ketat.
3. Saran, pertimbangan, pendapat dari bawahan tertutup
sama sekali.
-
Sikap tipe
perilaku otokratis jika menghadapi bawahan:
1. Mementingkan tugas dibandingkan pendekatan
kemanusiaan.
2. Memaksa bawahan untuk patuh dan menuntut kesetiaan
mutlak.
3. Memaksa, mengancam, menghukum atau mengintimidasi
kepada anak buah.
4. Serba intruksi dan perintah.
5. Kasar dalam fikiran, perasaan dan perbuatan.
6. Kaku dalam pergaulan terutama kepada anak buah.
7. Mencari perhatian keatasan kalau ia memimpin tingkat
Lini dan Menengah.
8. Lebih banyak kritik dari pada memuji bawah.
-
Gaya
kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain : 20
a. Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya.
Sebagaimana
hadist yang berbunyi :
“ Hendaklah kamu mendengar, patuh
dan taat ( kepada pemimpinmu ) dalam masa kesenangan ( kemudahan dan kelapangan
), dalam kesulitan dan kesempitan, dalam kegiatanmu dan di saat mengalami
hal-hal yang tidak menyenangkan sekalipun keadaan itu merugikan kepentinganmu.” (HR Imam
Muslim dan An-Nasa’i).10
b. Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya.
c. Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi.
d. Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya
penyimpangan oleh bawahan.
E. Kelebihan Dan Kekurangan Kepemimpinan Otokratis
Adapun kelebihan dan kekurangan dari kepemimpinan otokratis
yaitu sebagai berikut: 21
-
Kelebihan : [30]
a. Tujuan lebih mudah dicapai, karena hanya mengadopsi
kepentingan satu orang.
b. Dengan alasan yang sama, tidak pernah terjadi konflik
kepentingan dalam organisasi.
c. Pengambilan keputusan mudah dilakukan.
-
Kekurangan :
a. Anggota organisasi tidak bisa berinovasi, minim kreasi.
b. Anggota organisasi tidak bisa menyampaikan pendapatnya
dan tidak memiliki posisi tawar dalam pengambilan keputusan.
c. Pemimpin terlalu berkuasa, sehingga biasanya sering
terjadi abuse of power. 21[31]
-
Untung rugi
gaya otoriter adalah :
1. Kecepatan dan ketegasan dalam membuat keputusan dan
bertindak.
2. Produktivitas dapat meningkat.
3. Suasana kerja yang kaku, tegang, dan mencekam yang
dapat berakibat ketidakpuasan karyawan, permusuhan, pindah, dan mutu kerja
berkurang.
4. Lebih cocok pada organisasi dalam keadaan darurat.22
F. Contoh Sejarah Pemimpin Otokratis
Pemimpin Otoriter menganut paham bahwa dirinya adalah
segalanya. Pemimpin yang membuat aturan dan orang-orang didalam organisasinya
harus mematuhi apapun yang dikehendaki dan menjadi keputusannya.
Moammar Khadafi dari Libya dan Louis XIV dari Perancis
adalah sedikit contoh pemimpin yang memiliki tipe otoriter dalam memegang
wewenang dan kekuasaannya. Ucapan Louis XIV, “L’etat ces moi” yang sangat
terkenal itu menunjukkan betapa arogannya penguasa yang satu ini. Yang
menganggap bahwa negara adalah dirinya. Bahwa apa yang menjadi keinginannya
itulah yang berlaku sebagai hukum yang harus dipatuhi dan dilaksanakan di
negara Perancis saat itu. Demikian halnya dengan Moammar Khadaffi yang
menganggap Libya adalah keluarga miliknya, dan dia adalah pemimpin keluarga
tesebut.21[32]
G. Tips Bagi Seorang Pemimpin Dalam Pelayanan Kesehatan
Batalden dan Vorlicky (1990) mengemukakan bahwa
terdapat 14 tips yang harus menjadi perhatian bagi seorang pemimpin yang
mempunyai wawasan mutu dalam pelayanan kesehatan, yaitu: 8[33]
1. Bangun secara tetap tujuan pelayanan dalam organisasi.
2. Terima atau adopsi filosofi baru.
3. Gunakan metode saintifik untuk menentukan mutu sarana
yang ada, lakukan tindakan perbaikan yang dibutuhkan seluruh tugas dan cari
bukti-bukti dari akibat yang ditimbulkan sebagai hasil dari pembiayaan yang
tidak benar atau registrasi yang tidak lengkap.
4. Biaya yang dikeluarkan tidak akan ada artinya tanpa
mutu pelayanan yang baik.
5. Tingkatkan sistem produksi dan pelayanan secara
terus-menerus untuk jangka waktu lama.
6. Jadwal ulang pelatihan.
7. Tingkatkan supervisi.
8. Hilangkan perbedaan (kastanisasi) yang ada dalam organisasi,
hentikan gosip, dan tidak menyalahkan staf/karyawan membabi buta.
9. Hilangkan hambatan di antara bagian yang ada dan
tingkatkan kerja sama lintas program.
10. Hilangkan slogan-slogan yang ada dan sejak
staf/karyawan untuk bekerja lebih baik.
11. Eliminasi standar kerja berdasarkan kuota.
12. Laksanakan program pelatihan (in-service-training) dalam menggunakan piranti statistik.
13. Rancang kembali program khusus pelatihan dalam hal
keterampilan baru.
14. Timbulkan minat pada level manajemen puncak yang
setiap harinya akan peduli 13 poin yang sudah dikemukakan di atas. 8[34]
BAB
III
SOAL LATIHAN
1.
Apa
pengertian Tipe Kepemimpinan Otokratis ?
Jawab : Gaya Kepemimpinan Otoriter /
Authoritarian adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan
yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan
tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para
bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
2.
Bagaimana
ciri – ciri kepemimpinan otokratis ?
Jawab : a). Mendasarkan
diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, b). Pemimpinnya
selalu berperan sebagai pemain tunggal, c). Berambisi untuk merajai situasi,
d). Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, e). Bawahan tidak
pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan
dilakukan, f). Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan
atas pertimbangan pribadi, g). Adanya sikap eksklusivisme, h).Selalu ingin
berkuasa secara absolut, i). Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno,
ketat dan kaku, j). Pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka
patuh.
3.
Bagaimana
gaya kepemimpinan otokratis menurut teori X ?
Jawab : Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak
menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung
menolak perubahan dan lebih suka dipimpin dari pada memimpin.
a.
Diktator
yaitu gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta
menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan teori X.
b. Autokratis pada dasarnya hampir sama dengan gaya
kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di
tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan
pelaksanaan dari teori X.
4.
Bagaimana
perilaku tipe pemimpin otokratis ?
Jawab : a). Mempraktekkan
komunikasi satu arah (one way traffic of communication).
B). Pengawasan
kepada anak buah ketat.
C). Saran,
pertimbangan, pendapat dari bawahan tertutup sama sekali.
5.
Bagaimana
kekurangan dan kelebihan serta untung rugi tipe kepemimpinan otokratis?
Jawab : Kelebihan : Tujuan lebih mudah dicapai karena
hanya mengadopsi kepentingan satu orang, Dengan alasan yang sama tidak pernah
terjadi konflik kepentingan dalam organisasi, Pengambilan keputusan mudah
dilakukan.
-
Kekurangan :
Anggota organisasi tidak bisa berinovasi, minim kreasi, Anggota organisasi
tidak bisa menyampaikan pendapatnya dan tidak memiliki posisi tawar dalam
pengambilan keputusan, Pemimpin terlalu berkuasa, sehingga biasanya sering
terjadi abuse of power.
-
Untung rugi
gaya otoriter adalah : Kecepatan dan ketegasan dalam membuat keputusan dan
bertindak, Produktivitas dapat meningkat, Suasana kerja yang kaku, tegang, dan
mencekam yang dapat berakibat ketidakpuasan karyawan, permusuhan, pindah, dan
mutu kerja berkurang serta Lebih cocok pada organisasi dalam keadaan darurat.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi kepemimpinan berasal dari
kata dasar “pimpin” (lead) berarti bimbing atau tuntun, dengan begitu di
dalam terdapat dua pihak yaitu yang dipimpin (rakyat) dan yang memimpin (imam).
Setelah ditambah awalan “pe” menjadi “pemimpin” (leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses
kewibawaan kominikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu dalam
mencapai tujuan tertentu. Dan setelah ditambah akhiran “an” menjadi “pimpinan”
artinya orang yang mengepalai. Apabila dilrengkapi dengan awalan “ke” menjadi
“kepemimpinan” (leadership)
berarti kemampuan dan kepribadian seseorang
dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakuakan tindakan
pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi
awal struktur dan pusat proses kelompok (Inu Kencana, 2003). Jadi kepemimpinan
adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Miftah, 1997).
Kepemimpinan
secara otokratis adalah kepemimpinan yang cara memimpinnya menganggap
organisasi sebagai miliknya sendiri. Sehingga seorang pemimpin bertindak
sebagai diktator terhadap para anggota organisasinya dan menganggap mereka itu
sebagai bawahannya dan merupakan alat atau mesin, tidak diperlakukan
sebagaimana manusia. Bawahan hanya menurut dan menjalankan perintah atasannya
serta tidak boleh membantah, karena pimpinan tidak mau menerima kritik, saran
dan masukan. Tipe
kepemimpinan otokratis adalah kepemimpinan yang sama dengan tipe otoriter, yang
mana dari kepemimpinan ini, bawahan tidak berhak menyampaikan saran, pendapat,
dan kritik. Dalam kepemimpinan ini seorang pemimpin menganggap dirinya adalah
segala-galanya yang memiliki kekuasaan dan kewenangan atas anak buah sesuai
dengan kehendaknya.
Kepemimpinan
ini lebih identik dengan system satu orang yang berkuasa, yang berhak
menentukan kebijakan, berhak dalam mengambil keputusan terhadap suatu
permasalahan dalam organisasi. Kepemimpinan ini hanya dibatasi dengan
undang-undang saja.
B. Saran
Sebaiknya
dalam memimpin suatu organisasi kita tidak menggunakan tipe kepemimpinan
otokrasi karena tipe ini hanya berpusat kepada satu orang sehingga komunikasi
antara bawahan dan atasan tidak berjalan lancar. Sehingga dalam kepemimpinanpun
jarang sekali tipe ini berhasil untuk memajukan suatu organisasi atau
perusahaan, karena pemimpin dalam tipe ini hanya memperhatikan keputusannya
sendiri, tanpa mendengarkan saran dan kritik dari bawah.
[1]Baihaqi, Muhammad Fauzan. 2010. Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap
Kepuasan Kerja Dan Kinerja Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel
Intervening. Semarang : UNDIP
1 Baihaqi, Muhammad Fauzan.” Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap
Kepuasan Kerja Dan Kinerja Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel
Intervening”. Semarang : UNDIP. 2010.
[2] M. Fais Satrianegara & Sitti Saleha.. Buku Ajar:Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan.
(Jakarta : Salemba Medika, 2009), hal.33
[3]
Junita, Rita. 29 Mei 2012. http://www.kabarpendidikan.blogspot.com. Dasar-Dasar
Manajemen. Pekanbaru.
[4] Mamduh M. Hanafi. Cetakan Pertama. Manajemen.. (Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan Akademi
Manajemen Perusahaan, 1999), hal.362
[5] S. Suarli dan Yayan Bahtiar. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan
Praktis. (Jakarta : Penerbit Erlangga. 2012), hal.20.
1 Baihaqi, Muhammad Fauzan. 2010. Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Dengan
Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening. Semarang : UNDIP.
3Junita, Rita. 29 Mei 2012. http://www.kabarpendidikan.blogspot.com. Dasar-Dasar
Manajemen. Pekanbaru.
6 PM Senge - Harvard Business Review, 1997 - nextreformation.com
Communities of leaders and learners
[7] Elaine La Monica Rigolosi . Third
Edition. Manajemen and leadership in
nursing and health care. (LLC : Springer Publishing Company. 2012), hal.94.
7 Elaine La Monica Rigolosi. Third Edition. Manajemen and leadership in nursing and
health care. (LLC : Springer Publishing Company, 2012), hal.94
5S. Suarli dan Yayan Bahtiar. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. (Jakarta :
Penerbit Erlangga, 2012), hal.20.
2M. Fais Satrianegara & Sitti Saleha. Buku Ajar:Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan.
(Jakarta : Salemba Medika, 2009), hal.35
[8] Bustami MS. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya. (Jakarta
: Penerbit Erlangga, 2011), hal.112.
[9] Suyanto. Cetakan Ketiga. Mengenal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit. (Jogyakarta
: Mitra Cendikia Press., 2009), hal. 96.
[11] Eddy Madiono Sutanto et al. 2000. Peranan Gaya
Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegairahan
Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo. Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra.
9 Suyanto. Cetakan Ketiga. Mengenal
Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit. (Jogyakarta : Mitra
Cendikia Press, 2009), hal. 96-97
9 Suyanto.
Cetakan Ketiga. Mengenal Kepemimpinan Dan
Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit. (Jogyakarta : Mitra Cendikia Press,
2009), hal. 96-97
1 Baihaqi,
Muhammad Fauzan. 2010. Skripsi : Pengaruh
Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Dengan Komitmen
Organisasi Sebagai Variabel Intervening. Semarang : UNDIP.
12 M.
Nursalam. Edisi 2. Manajemen Keperawatan
: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. (Jakarta : Penerbit
Salemba Medika, 2007), hal. 64
4 Mamduh M. Hanafi.
Cetakan Pertama. Manajemen.. (Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan Akademi
Manajemen Perusahaan, 1999), hal.362
2 M. Fais Satrianegara & Sitti Saleha. Buku Ajar:Organisasi Dan Manajemen Pelayanan
Kesehatan Serta Kebidanan. (Jakarta : Salemba Medika, 2009), hal. 36.
[14]
7 Elaine La Monica Rigolosi . Third Edition. Manajemen and leadership in nursing and
health care. (LLC : Springer Publishing Company, 2012), hal.83
13
James A.F
Stoner, et al. Edisi II. Management. (Indonesia : Aditya Media,
1996), hal.162
5 S. Suarli dan Yayan Bahtiar. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. (Jakarta :
Penerbit Erlangga, 2012), hal.20-23
3 Junita, Rita. 29 Mei 2012. http://www.kabarpendidikan.blogspot.com.
Dasar-Dasar Manajemen. Pekanbaru.
3 Junita, Rita. 29 Mei 2012. http://www.kabarpendidikan.blogspot.com.
Dasar-Dasar Manajemen. Pekanbaru.
3 Junita, Rita. 29 Mei 2012. http://www.kabarpendidikan.blogspot.com.
Dasar-Dasar Manajemen. Pekanbaru.
11 Eddy Madiono Sutanto et al. 2000. Peranan Gaya
Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegairahan
Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo. Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra.
1 Baihaqi, Muhammad Fauzan. 2010. Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Dengan
Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening. Semarang : UNDIP.
9 Suyanto. Cetakan Ketiga. Mengenal
Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit. (Jogyakarta : Mitra
Cendikia Press, 2009), hal.103-104
14
DR. A.B. Susanto dan R. Masri Sareh
Putra. 60 Management Gems: Applying
Managemen Wisdom In Life. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal.15
14 DR. A.B. Susanto dan R. Masri Sareh Putra. 60 Management Gems: Applying Managemen
Wisdom In Life. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal.16
5 S. Suarli dan Yayan Bahtiar. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. (Jakarta :
Penerbit Erlangga, 2012), hal.26
15
Lamonica, Ellaine Lynne. Nursing Leadership And Management. (USA
: Jones And Bartlett Publisher, 1944), hal.68
15 Ellaine Lynne Lamonica. Nursing Leadership And Management. (USA
: Jones And Bartlett Publisher, 1944), hal.68
12 M. Nursalam. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta : Penerbit Salemba Medika, 2007. Edisi 2), hal.65
11 Eddy Madiono Sutanto et al. 2000. Peranan Gaya
Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegairahan
Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo. Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra.
11 Eddy Madiono Sutanto et al. 2000. Peranan Gaya
Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegairahan
Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo. Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra.
11 Eddy Madiono Sutanto et al. 2000. Peranan Gaya
Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegairahan
Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo. Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra.
16
Moesadin Malik. 2011. Manajemen
Umum. Pusat Pengembangan Daya Ajar UMB.
17Arifin, Nur. Desember 2009. http://arifinsucces.wordpress.com/2009/12/04/tipe-tipe-kepemimpinan-pendididkan/
3Junita, Rita. 29 Mei 2012. http://www.kabarpendidikan.blogspot.com.
Dasar-Dasar Manajemen. Pekanbaru.
6 PM Senge - Harvard Business Review, 1997 -
nextreformation.com Communities of leaders and learners.
17 Arifin, Nur. Desember 2009. http://arifinsucces.wordpress.com/2009/12/04/tipe-tipe-kepemimpinan-pendididkan/
18 Inaya.
Mei 2011. Pemimpin Yang Demokratis vs Otoriter Dan Pengaruhnya. http://zaharabilqis.blogspot.com/
18
Inaya. Mei 2011. Pemimpin Yang
Demokratis vs Otoriter Dan Pengaruhnya. http://zaharabilqis.blogspot.com/
14 DR. A.B. Susanto dan R. Masri Sareh Putra. 60 Management Gems: Applying Managemen
Wisdom In Life. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal.16-17
5 S. Suarli dan Yayan Bahtiar. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. (Jakarta :
Penerbit Erlangga, 2012), hal.24
12
M. Nursalam. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta : Penerbit Salemba Medika, 2007. Edisi 2), hal.68.
12 M.
Nursalam.. Manajemen Keperawatan : Aplikasi
Dalam Praktik Keperawatan Profesional. (Jakarta : Penerbit Salemba Medika, 2007.
Edisi 2), hal.68.
4 Mamduh M Hanafi . Manajemen. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan Akademi
Manajemen Perusahaan, Cetakan Pertama. 1999), hal.370
1 Baihaqi, Muhammad Fauzan. 2010. Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Dengan
Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening. Semarang : UNDIP.
3Junita, Rita. 29 Mei 2012. http://www.kabarpendidikan.blogspot.com.
Dasar-Dasar Manajemen. Pekanbaru.
10 Heri Mohammad, Heri. 44
Teladanan Kepemimpinan Muhammad. (Bandung : Gema Insani, 2010), hal. 55
22 M. Fais Satrianegara. Buku Ajar : Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. (Untuk kalangan
sendiri,2008), hal.54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar